DUNIA PENDIDIKAN BAGI SAYA
Dari hadirnya sang pejuang yang
ingin merevolusi setiap sendi dalam kehidupan yang sekiranya tak lagi seperti
matahari di pagi hari. Dimana semua makhluk yang berkecimpung di dalam tempat
yang di beri nama dunia sebelum akhirat. Teman adalah sebuah wadah dan juga
bukti bahwa kita dalam lingkup sosial, yang memang sepatutnya kita dan semua
yang berkecimpung di area ini patut untuk berbagi satu sama lain.
Kepekaan di dunia ini semakin menjadi setelah perkenalan dengan sebuah dunia
sekolah yang menghadirkan sebuah sensasi berbeda disetiap langkah yang berada
di dalamnya. Berumur 6 tahun saya telah diperkenalkan dengan dunia Sekolah
Dasar. Enam tahun saya menjalaninya dengan berbagai pertanyaan yang
mengiringinya, mengapa ibu saya menyekolahkan saya? Dengan wajah dan tingkah
yang masih polos kami tetap melanjutkan dan menyamankan setiap tindakan kami
ketika berada di instansi tersebut. Mengapa tidak, karena di dalamnya saya
diperkenalkan dengan dunia yang baru seperti bertemu dengan banyak teman
sekampung dari berbagai pelosok daerah saya. Warna itu semakin menarik ketika
dipadukan dengan suasana bermain yang begitu hangat, begitu menggembirakan.
Tapi dibalik itu semuanya serasa belum pantas kami lakukan karena saya merasa
dunia itu pantasnya saya gunakan untuk berkumpul dan bermain bersama teman guna
mencari apa dan bagaimana kami sebenarnya? Mencari jati diri dan membentuk
karakter lewat bermain. Tumpang tindih selama enam tahun saya menjalaninya.
Mulai dari aturan yang saya benci, seperti memeriksa kuku sebelum masuk kelas,
bangun pagi dan memakai seragam putih merah serta tuntutan orang tua untuk saya
agar mendapatkan nilai yang bagus dan harus bersaing, dan sudah barang tentu
ketika persaingan terjadi akan ada salah satu diantara kami yang tersingkir,
Yah tersingkir dalam artian mereka yang berada dalam institusi tersebut lantas
tidak memiliki kemampuan di jurusannya harus dikucilkan. Artinya pendidikan
mengajarkan kita untuk mengucilkan orang yang berpotensi untuk bidang tertentu.
Sementara pendidikan itu sendiri belum mampu menghadirkan semua jurusan yang
bisa untuk dikerjakan, agar tak ada lagi yang selalu dekat dengan sindiran
dikatakan bodoh. Lalu berlanjut untuk budaya setiap hari senin dimana kita
harus berdiri di dalam sebuah lapangan daerah sekolah untuk katanya pengabdian
kepada bangsa dan negara, yah salah satunya yaitu hormat kepada bendera,
mengapa bendera harus kita hormati gitu? Bendera adalah benda mati yang
harusnya dijaga bukan disembah, Dijaga dan disembah itu berbeda. Sama dengan
disembah jika kita harus melakukannya setiap pekan.
Jika kembali ke Akar sejarah
sebuah negara, menurut saya negara hadir karena dosa di masa lampau.
Diceritakan bahwa sebelum adanya negara ada sebuah sistem kerajaan saat itu,
dimana kekuasaan selalu menjadi alat untuk bertindak sewenang-wenang kepada
kaum yang berada di bawah. Dan sebelum ada yang dinamakan kerajaan, disana
semua manusia berada dalam kedudukan yang sama, mereka sama-sama berburu dan
meramu. Berpindah-pindah tempat kesana kemari karena belum ada yang dinamakan
saling mengklaim tanah, sebelum kerajaan datang menjadikan tanah milik semua
manusia di petakan. Lalu hadirlah sang Raja yang menjadi pimpinan terbesar
dalam sebuah Kerajaan untuk mereka jadikan landasan untuk mengklaim bahwa ini
adalah tanah milik mereka. Setelah larut, ada kemudian orang yang membentuk
sebuah negara yang memiliki kekuasaan penuh dan hak kepemilikan yang luas.
Negara memiliki hampir 50% tanah khususnya di Negara kita sendiri di Indonesia,
Apakah negara masih saja dikatakan layak untuk di agung-agungkan untuk kita
jadikan sebagai alat agar kita dapat bekerja keras untuknya. Sangat tidak
logis, Negara adalah salah satu bentuk kekuatan yang sangat besar yang
berpotensi untuk mengatur semua kehidupan manusia.
Lalu
saya lanjut ke SMP dan SMA, di kedua instansi ini pun tidak jauh berbeda dan
hampir sama, dimana rutinitas di waktu SD hampir sama dengan yang ada di SMP
dan SMA. Yang berbeda dimana dalam fase ini saya menemukan sedikit ketidak
biasaan saya sewaktu di SD, dimana saya mulai tertarik terhadap lawan jenis
saya. Yah mungkin ini adalah tahap dimana saya sudah mampu tertarik kepada kaum
hawa, entah dari mana asal dari semuanya, yang jelas ini adalah sebuah anugerah
dan awal dari bagaimana saya bisa belajar dalam mencari pasangan untuk kutemani
suatu saat nanti. Lanjut lagi, di SMA saya sering bolos karena alasan saya
sangat tidak suka untuk belajar, tak tahu kenapa bisa, tapi yang jelas saya
tidak begitu nyaman dengan sistem pembelajaran yang di berikan sekolah. Jadi
masalah mulai muncul selain faktor lain seperti kenakanlan dan pengaruh
lingkungan sudah menjalar, wanita pun sudah menjadi jembatan pelengkap keduanya
tadi. Yah dalam satu minggu, terhitung hanya 1-2 hari saya memasuki ruangan
kelas untuk belajar, yah alhasil nilai saya jelek. Banyak mengulang yang
nantinya akan memperlambat saya di akhir semester. Mau diapa, semuanya sudah
terlanjur saya lakukan, jadi apapun daya saya itu sudah terlanjur.
Lalu kemudian di sebuah hari, ayah dan ibu serta kakak saya datang ke sekolah
karena selembar kertas yang ditulis oleh pihak sekolah yang menyarankan orang
tua dari saya agar ke sekolah berkonsultasi dengan guru BP. Kemudian, caci maki
pun berdatangan, mulai dari ayah saya yang mengatakan saya anak tidak tahu
diri, anak malas dan bodoh. Lalu ibu saya pun lalu berkata “anak suka berbohong
kepada orang tua”. Kakak saya melanjutkan cacian itu “Kau kenapa memang bisa
begini? Bodohmu itu.” Pusing dan panik mewarnai perasaan, lalu di suruhlah saya
oleh kakak agar masuk kelas belajar dan tidak seperti itu lagi. Dan kemudian
syarat telah saya sampaikan ke ibu agar saya bisa di belikan motor kawasaki.
Keesokon hari saya bergegas ke warung di dalam area sekolah, belum sampai guru
BP memanggil “Chris sini dulu kamu”, “Iya pak” sahut saya. Lalu kaki ini pun
menuju ke arah sumber suara dimana guru BP sudah menanti. “Nak kamu jangan
malas-malas lagi yah” kata Guru BP , “iya pak insyaallah”. “oia katanya kamu
malas karena kamu tidak dibeliin motor yang kamu suka yah?” hehehe, iya pak
karena saya butuh kendaraan agar bisa rajin untuk ke sekolah”. “iya, katanya
orang tua kamu : kamu akan dibelikan motor yang kamu suka, tapi kamu harus
janji takkan bolos, kamu harus rajin, jika kamu bolos lagi maka motor yang akan
diberikan ke padamu itu akan dijual kembali.” Ohhh, serius itu pak,?” Sahut
saya dengan heran. “iya nak, kamu yang rajin yah OK? ‘iya pak, iya” sahut saya
dengan muka yang begitu senang.
iya begitulah sedikit percakapan saya dalam sebuah instansi yang mnghalalkan
segala cara agar apa yang tidak saya sukai itu bisa saya laksanakan, dengan
menggunakan kekuasaannya mereka mampu mendapatkan yang diinginkan.
Lalu motor kawasaki pun di keluarkan orang tua saya agar saya bisa rajin dalam
bersekolah, sesaat setelah itu raut muka pun begitu berseri dan bahagia karena
adanya barang yang saya inginkan. Kesekolah saya dengan motor keren membuatnya menjadi
pusat perhatian banyak orang, mengapa tidak di sekolah saya belum ada yang
memakai motor seperti itu. Karena itu saya kemudian mengalihkan sedikit
perhatian agar bagaimana saya bisa di perhitungkan di sekolah saya oleh
teman-teman. Jadinya saya sedikit melupakan tujuan utama saya di sekolah, dan
janji saya kepada guru dan orang tua saya.
Manejemen hidup mulai tak tertata, orang tua pun tak memberi semangat melainkan
memarahi saya. Dan itu membuat saya semakin prustasi dan hilang arah, dan itu
pastinya menjadi bumeran untukku sendiri agar aku melakukan sesuatu seperti
mabuk-mabukan, Merokok tanpa setahu mereka, keluyuran mencari cewe di daerah
lain. Yah itulah mungkin hasil dari didikan orang tua saya.
Di Perguruan Tinggi, Pendidikan
saya tinjau dari segi sendi kehidupan, dimana budaya di sebuah kampus sangatlah
berbeda seketika kita berada di SD, SMP, SMA. Dimana dalam kampus itu sendiri
di pelajari sebuah budaya secara menyeluruh dan menjaganya melalui beberapa
organisasi dalam kampus dan sekreatif mungkin dijadikan sebagai budaya yang
disulap menjadi sebuah pementasan seni yang sangat amat keren. Dalam sebuah
kampus, organisasi merupakan sebuah penunjang yang sangat mendasar bagi para
mahasiswa, dimana mahasiswa di ajak dan di ajar untuk mengenali lingkungan yang
mereka tempati sekarang. Kampus tanpa organisasi itu adalah Nol besar, mengapa
tidak karena semua yang berada dalam organisasi tertentu itu bisa kita
dapatkan, mulai dari berdiskusi, menulis, olahraga, tausyah, drama, musik, tari
dll. Jadi teman-teman tinggal memilih salah satu yang ingin dijadikan penunjang
masa depannya, tapi tak menutup kemungkinan ada salah seseorang yang memilih
dua organisasi sekaligus. Kalau saya sendiri, dalam sebuah organisasi kita
diajar untuk mandiri dalam segala hal, mempelajari segala aspek kehidupan,
memperdalam wawasan dan mempersiapkan diri untuk langkah kita di masa
mendatang. Jadi saya pikir organisasi sangatlah perlu untuk kita, tapi yang
menjadi permasalahan adalah dimana para mahasiswa lebih memilih untuk tidak
ikut terlibat dalam sebuah organisasi dalam kampus karena beralasan tidak mau
ambil pusing dan takut akan merusak masa depannya dalam tanda “mereka takut tak
bisa mengatur waktu antara kuliah dan organisasi”, iya begitu tanggapan para
mahasiswa yang tidak melebur ke dalam sebuah organisasi. Jika kita pikir-pikir
betul juga, tapi kita tak boleh menjastifikasi langsung bahwa organisasi akan
berdampak buruk kepada pribadi sang mahasiswa, karena kalau saya sendiri
sebagai organisatoris merasa sedikit berwawasan sebelum kami bergabung dengan
organisasi, kami mungkin hanya akan diam melihat sesuatu yang salah terjadi di
depan kita, karena sikap acuh-acuh kita. Tapi dalam organisasi, kita dilatih
dan di asah bagaiaman kita bisa melihat dan bertindak atas apa yang terjadi dan
tidak sesuai dengan kebenaran, maka para organisatoris mungkin akan lebih
memiliki inisiatif untuk bertindak dan membenarkan semua yang salah menurutnya.
Iya pastilah setiap sesuatu memiliki positif dan negatif, dan dampak negatifnya
sendiri yaitu pada :
- Orang-orang yang berada dalam sebuah organisasi itu terkadang melupakan
kuliahnya, sehingga akan lama selesai akedemiknya.
- Anak-anak organisasi terkadang terlalu cerdas sehingga mereka mampu atau
ingin mencari segala sesuatu yang tidak mesti dia ketahui, seperti tuhan dll.
Mereka ingin merasionalkan segala sesuatu, termasuk tuhan mereka sendiri. Dan
akhirnya mereka akan berada pada jalan yang tidak diridhoi Allah SWT.
Iya sekarang saya berada dalam dunia yang di sebut pendidikan, jadi hanya
inilah mungkin sedikit hasil dari beberapa tahun yang lalu hingga sekarang. Dan
saya takkan berhenti untuk mencari dan meneliti serta menegur apa-apa saja yang
salah dalam dunia yang kita tempati ini kawan.
HIDUP MAHASISWA, HIDUP RAKYAT!!!!