Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Oktober 2013

Pertarungan antar kelas sosial




Karl Marx adalah salah satu pemikir ilmu sosial yang paling fenomenal. Karya-karyanya hingga saat ini banyak dikaji dan dipelajari oleh banyak kalangan. Pemikiran Marx diakui telah memberi warna lain bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial. Pemikirannya menimbulkan banyak kontroversi. Dikritik dan dimusuhi oleh banyak kalangan, tetapi tak sedikit pula yang mendukung dan memujinya.

Berbeda dengan pemikir ilmu sosial lain seperti Emille Durkheim atau Max Weber, pemikiran tokoh yang terusir dari tanah kelahirannya sendiri ini mencakup banyak disiplin ilmu. Marx dikenal sebagai ekonom, sosiolog, ilmuwan politik, sejarawan, dan sekaligus filosof. Teori-teorinya dipandang sebagai yang paling komprehensif menjelaskan berbagai aspek individual dan sosial, mencakup aspek kehidupan manusia, ekonomi, agama, politik, filsafat, stratifikasi sosial, untuk menyebut beberapa.[1]

Teori-teori yang dibangun Marx juga tidak sekadar berhenti pada tataran penjelasan atas fenomena semata, tetapi lebih dari itu menjadi inspirasi bagi perubahan di berbagai belahan dunia. Hal ini tentu tak lepas dari kritiknya atas filsafat saat itu yang dipandangnya tidak memberi kontribusi apapun bagi perubahan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Salah satu pernyataannya yang terkenal, “Para filosof hanya menginterpretasikan dunia secara berbeda, yang perlu ialah mengubahnya!”[2]

Marx memang mengarahkan filsafat dan ilmu pengetahuan untuk menjadi pendorong bagi perubahan. Hal ini beranjak dari keprihatinannya akan ketimpangan yang terjadi dalam sistem kapitalisme yang mengiringi industrialisasi berkembang pesat di Eropa masa itu. Dalam konteks itulah, Marx coba mengetengahkan pemikiran praksis, yang menjelaskan fenomena yang terjadi di masanya itu yang sekaligus juga menjadi “petunjuk” bagi perubahan.



Teori Kelas

Salah satu pemikiran Marx yang memiliki pengaruh sangat luas adalah teori kelas. Dilandasi oleh pemikiran dasarnya “materialisme-dialektika historis”, Marx memandang perjalanan sejarah umat manusia sejak dulu hingga sekarang adalah sejarah perjuangan kelas. Pernyataannya yang terkenal dalam manifesto komunis, “The history of all hitherto existing society is the history of class struggles.”[3] Baik itu pada masa purba, masa feodal, atau masa kapitalis seperti yang sedang menggejala saat itu, Marx selalu melihat terdapat pertarungan antara kelas yang berkuasa dengan kelas yang dikuasai. Dalam masyarakat kapitalis, kelas-kelas tersebut adalah kelas majikan (borjuis) dan kelas buruh (proletar).

Mengapa pertarungan itu bisa terjadi? Marx menyatakan karena ada kontradiksi dalammode of production kapitalisme. Pertama, capitalist mode of production telah menimbulkan perbedaan pemilikan. Kelas majikan memiliki alat-alat produksi (pabrik, mesin, tanah, dsb.). sementara kelas buruh tidak memiliki tempat atau alat produksi apapun. Satu-satunya yang mereka miliki adalah tenaga kerja, yang itu pun terpaksa mereka jual untuk menyambung hidupnya.

Kedua, capitalist mode of production juga menimbulkan alienasi pada kelas buruh terhadap hasil kerjanya[4]. Kaum buruh sama sekali tidak bisa menikmati produk yang dihasilkannya. Mereka hanya berhak menerima upah sebagai nilai tenaga kerja yang sudah mereka keluarkan. Produk tersebut sepenuhnya menjadi milik kelas borjuis, kaum pemilik modal yang menikmati keuntungan dari surplus value dari harga setiap produk yang dijualnya.

Ketiga, akumulasi kapital dan persaingan di antara kelas kapitalis dalam capitalist mode of production ini menyebabkan meningkatnya eksploitasi terhadap kelas buruh.[5]Karena persaingan ini, mereka akan berlomba-lomba untuk menurunkan harga jual produk agar selalu laku dibeli konsumen. Agar tetap bisa meraup keuntungan, cara yang dilakukan oleh kelas pemilik modal adalah dengan terus menurunkan satu-satunya nilai variabel dalam proses produksinya, yaitu upah buruh.

Singkatnya, hubungan antara dua kelas itu pada dasarnya adalah hubungan kekuasaan: yang satu berkuasa atas yang lain. Kekuasaan itu –yang pada hakikatnya berdasarkan kemampuan majikan untuk meniadakan kesempatan buruh untuk bekerja dan memperoleh nafkah—dipakai untuk menindas keinginan kaum buruh untuk menguasai pekerjaan mereka sendiri, untuk tidak dihisap, agar kaum buruh bekerja seluruhnya untuk mereka. Karena itu, kelas pemilik modal pada hakikatnya merupakan kelas penindas.[6]

Kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan produksi kapitalis di atas diramalkan Marx akan berlanjut terus menerus. Pertentangan kepentingan antar dua kelas ini akan semakin tajam. Apalagi persaingan antar kapitalis di sisi lain juga mengakibatkan sebagian kaum kapitalis yang tidak mampu bersaing bangkrut, dan jatuh menjadi kelas buruh yang hanya mengandalkan tenaga kerja sebagai satu-satunya alat produksi. Dengan jumlah yang terus membesar, di tengah himpitan yang semakin kuat, akan menumbuhkan kesadaran kelas di antara kaum buruh sebagai kaum tertindas untuk melakukan perjuangan kelas meruntuhkan formasi kelas yang ada untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas.



Adakah Kelas dan Pertarungan Kelas di Indonesia?

Kapitalisme di Indonesia, sebagaimana di negara-negara lain di berbagai belahan dunia, tentu saja sudah berkembang jauh berbeda dengan kapitalisme sebagaimana dilihat oleh Marx di Eropa pada masanya. Walaupun demikian, beberapa ciri pokok seperti diuraikan di atas masih bisa ditemukan di sebagian besar industri di Indonesia. Kaum buruh masih hanya mengandalkan tenaga kerja sebagai satu-satunya force of production yang dimilikinya untuk dijual kepada pemilik modal. di sisi lain, para pemilik modal masih terus menikmati surplus value yang dihasilkan dari setiap produk yang dijualnya.

Akan tetapi, adakah pembagian kelas sebagaimana diuraikan Marx di Indonesia? Satu hal yang perlu digaribawahi, Marx tidak pernah memberi definisi yang jelas atas konsep “kelas” yang panjang lebar diuraikannya.[7] Dalam hal ini, Franz Magnis-Suseno menguraikan ada dua anggapan. Anggapan pertama adalah berdasarkan definisi yang dsampaikan Lenin yang menyatakan “kelas sosial” sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Anggapan kedua menyatakan bahwa sebuah kelas baru dianggap kelas dalam arti sebenarnya, apabila dia bukan hanya “secara obyektif” merupakan golongan sosial dengan kepentingan tersendiri, melainkan juga “secara subjektif” menyadari diri sebagai kelas, sebagai golongan khususdalam masyarakat yang mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta mau memperjuangkannya.

Dalam konteks tesis utama Marx mengenai perubahan kapitalisme menjadi komunisme, tentunya anggapan kedua lah yang harus dipakai. Dengan dasar anggapan ini, harus diakui bahwa kelas belum sepenuhnya tercipta di Indonesia. Kaum buruh belum sepenuhnya memiliki kesadaran subjektif sebagai satu kelas yang sama sekali berbeda kepentingan dengan kaum pemilik modal dan mau memperjuangkan kepentingannya itu. Ketiadaan ciri kelas ini bisa dilihat dari beberapa faktor.

Pertama, kapitalisme sejatinya adalah “barang impor” yang dibawa oleh kolonialis VOC (lalu Belanda) ke bumi nusantara. Dalam menjalankan ekonomi kapitalis, pemerintah kolonial banyak memanfaatkan (dan berarti tetap memelihara) struktur feodal yang ada di kerajaan-kerajaan nusantara. Alhasil, berbeda dengan tesis Marx, kapitalisme di nusantara bersimbiosis dengan feodalisme. Hubungan yang tercipta pun akhirnya bukan hubungan yang saling berhadap-hadapan sebagaimana dilihat Marx di Eropa, tetapi lebih merupakan hubungan patron-klien. Hubungan seperti ini misalnya, masih bisa ditemui di sentra-sentra industri kerajinan sepatu di Jawa Barat[8].

Kedua, kapitalisme tidak kunjung mencapai puncak krisis sebagaimana diprediksi Marx. Ada banyak faktor yang bisa menjelaskan hal ini. Mulai dari peran pemerintah dalam mengintervensi tingkat upah buruh dengan penetapan UMR/UMP setiap tahun, mediasi perselisihan melalui berbagai forum –baik yang difasilitasi pemerintah mapun dilakukan sendiri antar buruh dan majikan—, atau sampai pada berbagai konsep welfare stateseperti sharing saham untuk pekerja.

Ketiga, terjadi hegemoni kesadaran sebagaimana disampaikan oleh Antonio Gramschi. Dalam hal ini, kaum buruh di”lena”kan dengan asupan ideologi yang diciptakan oleh negara. Pada masa Orde Baru, hal ini tampak jelas pada pemberlakukan apa yang disebut “Hubungan Industrial Pancasila” dan penanaman nilai bahwa protes dan pemogokan tidak sesuai dengan “jati diri” bangsa. Pada masa reformasi seperti sekarang ini, walaupun protes dan pemogokan sudah diperbolehkan dan bahkan dilindungi oleh Undang-Undang, hegemoni ini masih berlangsung. Kesadaran sistemik terhadap kapitalisme di kalangan buruh pun belum tercipta. Protes dan pemogokan masih terbatas pada hal normatif, seperti perbaikan tingkat upah dan fasilitas kerja.

Berbagai faktor di atas telah membuat kaum buruh di Indonesia tak pernah bisa mencapai kesadaran kelas. Kalaupun ada, kesadaran itu hanya dimiliki oleh segelintir orang (elit buruh atau para aktivis yang beraliran kiri), belum nejadi kesadaran massa seperti yang dicita-citakan Marx. Alhasil, kelas tak kunjung tercipta dan pertarungan kelas tak kunjung terjadi.[9]

LINK BY: KOMPASIANA

Rabu, 14 Agustus 2013

Penemu SMS (Sort Message Service)



Friedhelm Hillebrand dilahirkan pada tahun 1940 di Warstein, Jerman. Friedhelm Hillebrand dikenal sebagai Penemu Pesan Teks atau SMS (Short Message Service). Friedhelm Hillebrand memperoleh gelar Master of Science di bidang Teknologi Komunikasi dari Technical University of Aachen pada tahun 1968. Kemudian ia bergabung dengan Lembaga Penelitian AEG Telefunken di Ulm dan bekerja pada konsep sistem switching elektronik. Dia bergabung dengan Deutsche Bundespost, sebuah perusahaan telekomunikasi nasional, pada tahun 1970. Dari tahun 1976, ia menjadi bertanggung jawab mengembangkan konsep paket X.25 switching untuk jaringan DATEX-P dari konsep pertama sampai akhir tahun pertama pada tahun 1981. Dia kemudian menjadi manajer proyek ppointed untuk sistem komunikasi bergerak generasi berikutnya pada musim semi 1983.


Friedhelm Hillebrand berpartisipasi dalam pleno GSM dari November 1984 dan seterusnya. Ia memberikan kontribusi dibidang telekomunikasi untuk jasa desain, roaming internasional dan metode kerja manajemen. Pada 1987-1988 ia menjadi Ketua pendiri GSM data kelompok (IDEG, kemudian disebut WP4). Sejak pertengahan 1987, Friedhelm Hillebrand bertanggung jawab atas kontribusi GSM dari Deutsche Bundespost, dan berkerjasama dengan operator GSM dan pelaksanaan jaringan D1 GSM di Jerman. Dia bertanggung jawab untuk sistem D1 dan jaringan dan mendukung sistem TI hingga akhir tahun pertama pada tahun 1992. Pada tahun 1984 sebelumnya konsep SMS pertama kali dikembangkan oleh kerjasama Friedhelm Hillebrand dan peneliti seluler Prancis Bernard Ghillebaert. SMS pertama dikirimkan oleh Neil Papworth pada 1992 kepada Richard Jarvis, salah satu pegawai Vodafone. Karena ponsel saat itu tidak dilengkapi keyboard, Papworth mengetikkan pesannya pada PC. Bunyi pesan SMS pertama yang dikirim Papworth saat itu adalah "Merry Christmas". Ponsel GSM versi awal tidak dapat digunakan untuk mengirim SMS. Pada masa itu SMS hanya digunakan untuk mengirimkan peringatan dari operator kepada pengguna ponsel. Pada tahun 1993 Nokia menjadi produk yang pertama kali membuat ponsel dengan kemampuan kirim SMS.

Meski SMS tak langsung direspon positif oleh para pengguna HP, namun kini seiring waktu konsep penggunaan SMS kini berkembang sangat pesat hingga sekarang, bahkan mengalahkan penggunaan telepon. Saat pertama dikembangkan, penggunaan SMS belum memasyarakat seperti sekarang. Waktu itu, rata-rata pengguna telepon GSM hanya mengirimkan 0,4 SMS per bulan. Ini terjadi karena fasilitas untuk mengirim SMS waktu itu masih sangat terbatas. Tapi dalam perkembangannya, SMS kemudian menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara mengejutkan perkembangan penggunaan SMS terjadi tahun 2000. Waktu itu, setiap pengguna telepon seluler GSM mengirim 35 SMS setiap bulan. Di tahun 2006, keuntungan yang diraih oleh semua operator GSM di seluruh dunia dari bisnis SMS mencapai 60 miliar dolar Amerika. Harga rata-rata pengiriman SMS di dunia 0,11 dolar Amerika. Sehingga banyak yang menyebut Friedhelm Hillebrand sebagai "Bapak SMS" atau "father of text messaging atau SMS".

ASAL MULA PENGGUNAAN SMS 160 KARAKTER

Banyak teori yang menyebut tentang batasan 160 karakter. Namun, teori yang paling umum diketahui adalah batasan 160 karakter ini diciptakan oleh pengembang telekomunikasi dari Deutsche Telekom Jerman, Friedhelm Hillebrand. Seperti dikutip dari blog Los Angeles Times,


pada sebuah malam di tahun 1985, Hillebrand duduk di kamar rumahnya di Bonn sambil terus mengoceh dengan melontarkan sejumlah pernyataan dan pertanyaan. Saat itu, juru ketiknya diminta untuk mengetik setiap kata yang diucapkan Hillebrand. Selesai mengoceh, Hillebrand kemudian menghitung huruf, angka, jeda huruf, tanda baca, serta spasi di tiap halaman yang ada. Ternyata, ketika itu Hillebrand menemukan, hampir setiap ocehan yang terdiri dari satu atau dua baris hampir terdiri dari 160 karakter.

"Ini sangat tepat," kata Hillebrand, yang saat itu berusia 45 tahun.

Saat itu, pakar telekomunikasi memang sedang mengembangkan untuk membuat standar adanya sebuah teknologi yang memungkinkan ponsel untuk mengirim dan menayangkan pesan tulisan. Ide 160 karakter kemudian dicetuskan oleh Hillebrand bersama rekannya, Bernard Ghillebaert dari France Telecom, dalam pertemuan kelompok pengembang GSM di tahun 1985. Ide kedua orang itu kemudian menjadi semakin berkembang dan menjadi standar jumlah karakter dalam sebuah SMS.

Sebelum memulai penghitungan karakter itu, Hillebrand sendiri pernah berdebat dengan salah seorang teman mengenai manfaat pesan teks dalam komunikasi. "Teman saya menyebut itu tidak mungkin digunakan secara massal, tapi saya optimis," ucap Hillebrand. Optimisme Hillebrand ternyata terbukti. Mungkin, saat ini pesan teks melalui SMS lebih banyak digunakan ketimbang telepon. Hillebrand pun tak pernah berpikir bahwa temuannya kini banyak digunakan anak muda di seluruh dunia untuk memutuskan pacarnya.



Namun, Hillebrand tidak memperoleh keuntungan finansial dari karya yang diciptakannya. Karena tak ada royalti dalam penciptaan sms. Jika dalam tiap SMS Hillbrand memperoleh uang, dia berpikir, "Itu tentu akan menyenangkan," tutur Hillebrand. Namun, 160 karakter yang diciptakan Hillebrand ini kemudian semakin populer. Popularitasnya menjadi semakin terasa berkat seorang anak muda bernama Jack Dorsey yang menciptakan jejaring sosial bernama Twitter. Twitter kemudian mengadaptasi karya Hillebrand ini menjadi 140 karakter untuk tiap tweet. Jack Dorsey tampaknya memahami 'jasa' Hillebrand. Dalam sebuah tweet, Jack Dorsey memasang link mengenai sejarah SMS yang merupakan jasa dari Hillebrand. Dalam tweet yang ada link tentang sejarah SMS itu, Dorseymengakui pengaruh ciptaan Hillebrand dalam pembatasan 140 karakter di Twitter.

"Why text messages are limited to 160 characters (which influenced Twitter's 140)," tulis Dorsey dalam tweet-nya.

Referensi :

- http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9780470689899.oth9/pdf
- http://www.kaskus.co.id/thread/50bcb758552acf5e7700003f/memperingati-20-tahun-sms

Siapa John Lennon?






John mengawali karir bersama The Beatles pada 1960. Bersama grup ini beberapa album yang dirilis di antaranya, Please Please Me (1963), With the Beatles (1963), A Hard Day's Night (1964), Beatles for Sale (1964), Help! (1965), Rubber Soul (1965), Revolver (1966), Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band (1967), The Beatles (1968), Yellow Submarine (1969), Abbey Road (1969) dan Let It Be (1970).

Selama 1970 sampai 1975, John menjalani karir solo, dengan album-album yang dirilis di antaranya, John Lennon/ Plastic Ono Band (1970), Imagine (1971), Some Time in New York City (with Yoko Ono 1972), Mind Games (1973), Walls and Bridges (1974), Rock 'n' Roll (1975), Double Fantasy (with Yoko Ono 1980), Milk and Honey (with Yoko
Ono 1984), dan lain-lain.
Setelah bubarnya The Beatles pada tahun 1970, ia juga sukses dengan karir solonya. Salah satu hitsnya yang hingga kini masih sangat terkenal adalah Imagine, lagu yang kemudian menjadi salh satu himne perdamaian dunia.
Lennon juga menunjukkan sifatnya yang pemberontak dan selera humornya yang sinis dalam film-film seperti A Hard Day's Night (1964), dalam buku yang ditulisnya seperti In His Own Write, konferensi pers dan wawancara. Ia menggunakan kepopulerannya untuk kegiatannya sebagai aktivis perdamaian, seniman dan penulis.
Lennon dua kali menikah, yaitu dengan Cynthia Powell di tahun 1962 dan seniman Jepang, Yoko Ono di tahun 1969. Ia memiliki dua orang anak, Julian Lennon (lahir tahun 1963) dan Sean Taro Ono Lennon (lahir tahun 1975). Ia meninggal di New York pada usia 40 tahun, ditembak oleh Mark Chapman, penggemarnya yang gila.
John Lennon, adalah salah satu penyanyi dan juga aktor legendaris dunia. Terkenal sebagai anggota dan pendiri grup musik The Beatles, bersama Paul McCartney, George Harrison dan Ringo Starr.
Referensi :
- http://selebriti.kapanlagi.com/john_lennon/
- http://beymine.blogspot.com/2009/05/biografi-john-lennon.html




Jumat, 15 Februari 2013

Puisi Berantai


Achmad Chrisbianto Sachran
Hardiyana S.
Brad, aku kembali. maaf agak lama yah karena sebelum ini Blog saya tidak bisa terbuka karena gangguan sedikit.
Nah kali ini akan kupersembahkan sedikit puisi dari saya dan teman saya. :)
Puisi ini bukan hanya saya yang membuat, tapi ditemani dia (Dia adalah sahabatku sekarang)


Berantai 25-01-2013
Kambing jantan, berkumis tipis pake tanduk dengan sedikit janggot.
mengangkat senjata kemudian melemparkan baling-baling kerinduan.
Kemudian melompat dalam lembah hijau tak berpenghuni.
Berteriak, memukul di ruang hampa tanpa cahaya.
Pagi datang dengan sang mentari yang sama.
benamkan kecemasanku menjelma menjadi sesuatu kedalam pelukmu.
berteriak aku mendengar kabarmu.
Lalu melihat elang yang kehilangan sayap.

Kukabari agar rindu tak lagi terpendam.
Dan apabila kerinduan menceritakan dirinya.
Bersiaplah mendengar namaku di sepasang cerita.
Di langit yang mencekam.
Semua cerita tentangmu  akan selalu terkesan.
Kupersiapkan roda-roda kematian .
Menuju kekalnya bersamamu di akherat.
Pada akhirnya kita akan menjadi sepasang doa yang saling menguatkan.
Kunamai kau kisah tanpa cerita.
Masalah pengantar bahagia telah menjemput kita di jalan setapak.
Dan bersiaplah menemui puing yang sedikit retak.
satukan kembali kenangan yang telah kita hilangkan.
Rela kuhidup dengan ingatan lalu belajar dari bayang.
menjadikan sabar, samar, dalam debar doaku.
Terlalu lama kita dalam kejauhan.
Bosan aku dicaci malam,
Udara bebas kota Pare tak mammiri ke arah makasssar.
Terputus di tengah perbatasan Pangkep-Maros.
Tolong aku dari usapan hampa tanpa nafas yang kubutuhkan.
Wahai para pecinta...
Jarak hanya kebetulan sedangkan waktu hanyalah sebuah alasan.
Sebab cinta tak memandang keduanya.
Seklipun semuanya kau anggap terputus diperbatasan Pangkep-Maros.
Namun banjir telah menghantarkan keduanya dan menyatu di lembah kesyukuran.
Pendirian takkan goyah, karena lantunan lagu sheila on7.
telah menimbulkan semangat untuk menunggu hari lama.
Ketika aku masih bersamamu.
Kulihat hujan telah menetes di atas genteng menandakan bahwa kau akan datang.
pada suatu malam yang tak ditemani rembulan...

Minggu, 06 Januari 2013

Polisi berteman dengan tanggal tua

PANDANGAN SAYA    
    Untuk persiapan tahun baru kali ini saya tidak sempat ke kampung halaman brada semua, yah alasannya mungkin pertama motor saya tidak lengkap, lampu tidak nyala, yang ketiga saya lagi boke'.
Apalagi sehari sebelum tahun baru saya kena tilang brada, yah saat itu saya lagi jalan dengan pacar saya tercinta, pas jalan mau pulang saya mutar sana-sini agar lama bersamanya, hehe lebay yah? sory.
Saya muter lewat Rappocini, dan di Depan pintu UNISMUH saya belok untuk pulang, dengan tanpa memakai helm dan spion motor saya berani saja memakai motor itu, yah namanya juga lagi sama pacar brada semua, saya lanjutkan perjalanan itu dan di depan saya tiba-tiba melihat orang yang memekai topi coklat dan satunya lagi memakai seragam hijau-hijau, kulihat lagi, wahh ternyata polisi yang siap untuk menghadang, hehe, dengan kencang saya langsung putar arah melawan arus motor yang sedang berjalan, ah sial ada polisi di depan 2 orang lagi, akhirnya saya ditahan. Saya pun langsung diperiksa dengan cara yang aneh, dikiranya saya membawa senjata tajam dan sejenisnya, baju saya diangkat dan tas saya diperiksa layaknya koruptor. wkwkwk.
     Dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, hilang arah akhirnya saya ditegur tidak memakai helm, "mana stnk kamu?" "ini pak" sahut saya, "apa ini?" jawab pak polisi, saya jawab "surat tilang pak komandan". dia lalu konsultasi dengan para pengawal dan akhirnya meloloskan saya. saya berterima kasih dan pergi.
        Kurang dari 1 km, saya bertemu kawan dari polisi yang sebelumnya saya jumpai, dengan penuh rasa tegas saya menjawab "Pak saya sudah ditahan disana tadi", "Biar 10 kali kau ditahan tidak jadi masalah" jawab komandan. lanjut dia bertanya "Mana Stnk mu?" " saya tidak punya Stnk pak, saya sudah ditilang".  kemudian saya ayungkan tangan kemudian memberi surat tilang tersebut, berbeda dengan sebelumnya, dia memberitahu saya dan menahan saya, dia kemudian memeriksa surat tilang tersebut dan berkata "wah, ini sudah lewat, kenapa belum diurus?", "saya belum punya uang pak, karena saya mahasiswa kasian", "ah kamu mahasiswa atau bukan, motor kamu saya tahan karena kamu melanggar, tidak memakai helm dan tidak memakai spion motor." dia mngambil kuncil lalu membawa masuk motor saya ke kantornya. "emosi pun meluap dan saya mencoba berdiskusi kepada komandan, "pak saya minta tolong pak, saya sudah ditilang sebelumnya dan besok saya akan pulang kekampung, jika bapak mengambil motor saya, apa yang akan saya pake pak?", dengan mukah acuh dia berkata "ini bukan persoalan kamu mau pulang kampung atau tidak, itu urusanmu bukan urusan saya. siapa suruh nakal dan tidak tahu aturan?", "tapi mohon maklumi saya kali ini saja pak", "ahh sana kamu pergi, kamu urus besok saja, datang jam 9 pagi", "wah pak tolong saya pak, saya bisa gawat kalau motor saya ditahan". "sudah kubilang itu bukan urusan saya" sahut polisi itu. saya pun kemudian duduk dengan emosi yang meluap, saya duduk disamping pacar saya. saya pun emosi dan sembarang berkata, bagaiamana tidak, banyak hal yang tidak adil saya daptkan. para polisi itu menyalah gunakan kekuasaannya dan tidak menerima alasan, padahal saya punya surat tilang, dan dalam aturannya motor yang memiliki surat tilang tidak bisa ditilang kembali, tapi dia lalu bersikeras bahwa surat tilang itu telah lewat masanya, tapi walaupun masanya telah lewat pak polisi itu tidak berhak menilang saya. dalam kejadian ini saya agak sedikit diuntungkan ketika kita berani melawan, tapi itu juga, karena mereka punya kekuasaan dan kami tidak bisa menolak mereka.
      Dengan alasan itu saya tetap dikantor sampai akhirnya teman saya datang membawa uang agar bisa menebus uang agar motor saya tidak ditahan. saya bergegas menuju polisi yang menahan motor saya, lalu berkata, "pak bagaimana ini, motor saya ditahan sementara saya sudah ditilang sebelumnya, ini buktinya" dia menjawab, "kamu yang punya motor kawasaki hijau itu yah?", "iya pak", kamu itu melanggar karena tidak memakai helm dan spion, jadi kami tahan juga surat tilang kamu itu sudah lewat waktunya", "jadi pak bagaimana tindak lanjutnya karena saya butuh motor saya, kira-kira berapa uang yang harus saya tebus?", "Rp. 250.000", "wah itu sangat mahal pak" , " siapa suruh kamu melanggar, ini sudah aturan." bapak itu bersikeras, dan sayapun berpindah, ke loby kantor, "pak, bagaimana ini, motor saya ditahan kemudian sebelumnya saya sudah di tilang dan ini surat tilang saya, saya tidak tahu dek, ke sebelah saja, disana diurus masalah seperti itu," "tapi saya sudah ditilang pak" ,"ini bukti surat tilang saya", salah satu polisi berkata "SEKARANG ADA ATURAN BARU, SUDAH BISA DITILANG BIARPUN SUDAH DITILANG SEBELUMNYA". aduh saya baru dengar aturan itu, awalnya saya percaya, tapi saya mendatangi kembali polisi yang memegang kunci motor saya, lalu bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama. "pak saya mau urus motor saya yang di tahan bapak, karena saya merasa ada yang lain,", apa yang lain?" kamu yang pake motor kawasaki itu kan?" "iya pak," "kamu lagi, kamu lagi" nanti besok kamu datang kesini," "wah saya butuh motor saya sekarang pak, karena saya mau pulang kampung dan saya rasa motor saya tidak aman disini,", "dek, kamu sudah melanggar, tidak pakai spion dan tidak memakai helm," " iya tapi saya sudah ditilang sebelumnya," " iya tapi kamu sudah melanggar dek," " kalau begitu kasi saya bukti tertulis pak, bahwa ada aturan yang mengatakan bahwa, kalau kita sudah ditilang kita bisa ditilang lagi atau motor kita bisa ditahan,". "iya dek, tapi kamu melanggar, dan saya harap kamu bisa pulang dan nanti besok kamu urus,". saya pun pulang dengan membawa bahasa dan penilaian terhadap kaum yang satu ini, "mengayomi dan melindungi itu bulsit dan tidak benar adanya, mereka menyalahgunakan kekuasaan kepada kami yang dibawahnya, mereka sewenang-wenang membuat aturan dan jelas kami tidak bisa melawan karena mereka punya kekuasaan dan kami yang dikuasainya", bobrok betul aparat ini. sampai larut malam pun saya masih di depan halaman kantor, dan akhirnya saya menelpon kakak saya, saya menyuruhnya agr ke kantor dan memberi tahu bahwa motor sedang ditahan. dia pun datang, " kenapa ditahan motornya?" "katanya saya melanggar", "sudah saya kasi liat surat tilang, tapi tidak ada gunanya, motor tetap ditahan," " maksudnya dia mau tilang diatas tilang,? begitu.?" sahut kakak saya. "begitumi mungkin", dengan ucapan penuh emosi saya menjawab.
     Saya dan kakak saya pun masuk kembali berkonsultasi dan berdialog kembali dan akhirnya pembicaraan lagi-lagi buntuh. saya pun sepakat akan mengurusnya besok pagi jam 9, tapi sebelum itu, saya meminta izin kepada komandan untuk melihat kondisi motor saya dan ingin memasang spion motor, kemudian dilihat oleh pak polisi dan melarang saya memasangnya karena spion sebelah kanan tidak ada kacanya. saya lagi-lagi disuruh keluar.
     Akhirnya kakak saya bersedia mengurus motor tersebut. dan saya pun pulang dengan teman-teman saya yang setia menunggu proses tersebut, saya pulang tanpa motor dan teman saya pun berkata, "bonceng saja dulu pacarmu, nanti saya sama adhy jalan-jalan saja dulu, pake ini motor", sungguh baik teman saya ini, sebenarnya ada motor lain, tapi teman saya adhy berkata "jangan cepat percaya dengan orang lain, bonceng saja dulu "nana" nama pacar saya kawan, lalu saya pulang memboncengnya dan teman saya pun berjalan kaki sekitar lima kilo dan sampai akhirnya saya kembali mengambilnya di jalan, dan boncengan tiga sampai ke kos.
    Keesokan harinya, saya ditelpon kakak, "ada uangnya dulu temanmu bisa dipinjam?" "kenapa memang kak?". "saya sudah datang ke kantor tadi, tapi saya disuruh urus Stnk, saya bertanya-tanya dan malahan saya diusir". "astaga kenapa pengayom seperti itu?', "saya kurang tau juga dek," kesini moko saja", "tapi kalau sudah ada Stnk, motor sudah bisa diambil?", sahut saya. "iya katanya seperti itu, tapi setelah itu Synk diambil kembali lalu di kasi surat tilang baru,". " ahhh kacau sekali, kita dipersulit kak,", "itumi juga". sampai akhirnya saya kerumah keluarga meminta pinjaman kepada tante saya sebesar 200rb, tapi kemudian tante saya juga sepertinya agak mengeluh persoalan uang karena dia bilang bahwa dia sudah mengeluarkan uang baru-baru jadi tidak punya uang lagi," saya pun pulang kembali ke tempat kace ku nongkrong. sampainya disitu saya menghubungi teman saya lalu meminta pinjaman dan akhirnya dia memberi saya. lalu saya pun bergegas kepengadilan mengurus Stnk saya, sampai disana katanya ibu yang disana bahwa Stnk saya sudah ada di Kejaksaan, "jadi bagaimanami itu bu?", " saya kurang tahu juga dek, sementara dikejaksaan juga sedang off karena pegawainya lagi cuti"," atau kita kasima saja semacam bukti bu, bahwa saya sudah membayar atau bagaimana?", "aduh dek saya tidak punya wewenang atas itu," taj lama kemudian datang seorang polisi lalu lintas, membawa beberapa lebar uang sepertinya hasil dari tilang, dia bertanya " kau kenapa dek?", "oh, ini pak motor saya ditahan sementara sebelumnya saya sudah ditilang dan saya punya surat tilang"," dimana motor kamu ditahan dek?", "di Polsek Rappocini pak", " kenapa bisa motor kamu ditahan sementara kamu sudah ditilang sebelumnya?", "katanya surat tilang saya sudah lewat waktunya, dan saya tidak mengurusnya,", " ah, kalau masih lewat 1 bulan itu masih bisa dek, masa tidak ada kebijakan?", "itu yang saya keluhkan pak, dan saya sekrang datang mengurus surat tilang saya, dan katnya ibu sudah ada dikejaksaan, sementara kejaksaan lagi cuti", " memang itu dek kalau polisi di Makassar keras semua,", " maumi diapa pak dia punya kuasa", dalam pikiranku, ternyata masih ada polisi yang tahu akan aturan yang sebenarnya.
       Lanjut dari itu saya pun berdialog dengan ibu yang disana, dengan senang hati ibu itu menelpon teman-temannya yang berstatus sebagai polisi dan mengakui saya sebagai keluarganya yang meminta pertolongan. sampai akhirnya ibu itu berkata," begini bagus mungkin dek, kamu datang saja kesana dan bilang bahwa kamu telah menebus uang di pengadilan dan ambil nomor handphone saya agar bisa kamu hubungi sebagai penguat alasan kamu". saya pun berterima kasih kepada ibu itu lalu bergegas menuju kantor Rappocini, sesampai disana saya disuruh menunggu sampai setengah jam karena polisi lalu lintas tidak ada dan katanya sedang berada di gereja, sambil menatap ke arah kantor saya melihat sebuah bahasa di kantor polisi itu "Kami siap melayani anda" dalam pikiran saya, "yang mana yang kamu layani, tidak ada pelayanan yang kami dapat, kami diacuhkan dan alasan yang kami anggap benar semua tidak kau terima dan kau gunakan kekuasaannmu untuk menyalahkan kami".
      Sampai akhirnya polisi itupun datang, saya masuk kekantor dan lama kami bertanya tidak kunjung dijawab malahan di diami dalam waktu yang lama, dan akhirnya dia memanggil saya, "dek, siniko", "iya pak", " apa masalahmu", saya cerita lagi dan akhirnya dia menyuruh saya mengambil spion, saya pun pulang lagi kegowa mengambil spion, dan akhirnya saya sampai, saya berkata " pak, saya sudah tebus uang di pengadilan tapi saya belum mnegambil Stnk saya karena pegawainya sedang cuti.", "ahh, bisanya itu?", " saya tidak bohong pak, itu ada nomor dari pegawai di pengadilan, bapak bisa tanyakan ke dia", "oke pale, kamu bayar Rp. 200.000 baru saya keluarkan motormu sekarang", "wah saya saya sudah bayar disana Rp. 200.000 pak, masa bayar lagi, saya tidak punya uang sebanyak itu," sahut kakak saya, saya pun mulai luluh dan sudah ingin memberinya uang tapi, polisi itu lalu berkata "yah sudah setengahnya saja," kakak saya menatap ke saya dan bertanya " kamu punya uang?" "iya ada", saya pun mencabut uang Rp.100.000 dan memberi ke polisi itu, lalu berkata dalam hati lagi, kacau benar peraturan disini, sungguh bobrok moral dan aturan yang berlaku di kalangan aparat ini, saya pun mengambil motor saya dan pulang sambil berdiskusi kepada kakak saya mengenai kejadian ini. disini saya berkesimpulang bahwa polisi itu akan hadir bila tanggal tua juga ada, dan juga penilaian saya terhadap aparat pengayom dan pelindung ini sangatlah bobrok dan tidak bermoral.

Kekuasaan jangan di salah gunakan pak...!!!!

See u next

HITUNGAN HARI MENELUSURI KULTUR KAMPUS


DAY BY DAY


Beberapa medan tempur telah kulewati, telah menunggu gunung untuk kudaki, kerikil bebatuan memperlihatkan dirinya yang begitu keras, tetapi mentari bersinar agar semangat tetap terjaga. Kutenangkan diriku sejenak dengan secangkir kopi beraromakan kehangatan disetiap relung kehidupan yang teramat kelam di masa lalu.
Pagi itu ternyata pertanda bahwa telah ada kehidupan yang menantiku diluar sana, kehidupan yang jauh lebih menarik dan lebih asyk untuk kujalani ketimbang apa yang telah kulalui. Dengan sedikit lirik lagu perpaduan rock berceritakan cinta, sebatang rokok pun keluar dari tempatnya dan mulai kubakar dengan sebiji korek kayu, mengeluarkan asap yang berbentuk bundar, pertanda semangat yang mulai hadir kembali di jiwa yang penuh ketidakstabilan ini.
Dengan memakai baju batik bergaris, berwarna coklat perpaduan biru, kulangkahkan kaki menuju teras kos dimana sepatu all star hitam telah siap untuk dipakai kemudian melanjutkan aktivifitas rutin saya yaitu kuliah di kampus yang saya banggakan yaitu Universitas Negeri Makassar. Tepatnya di Fakultas Bahasa dan Sastra, saya belajar di sebuah Instansi pendidikan dengan mengambil jurusan Bahasa Inggris, Prody Business English (D3).
Sebelumnya itu, saya dan keluarga dengan susah payah agar bisa masuk dan belajar di Kampus ini, mulai dari perjalanan saya yang tidak begitu dekat jaraknya, Antara Jeneponto dan Makassar adalah jarak maksimal yang telah kutempuh untuk kemudian bisa kunikmati suasana belajar berstatuskan diri sebagai mahasiswa.
Di sebuah hari saya dikejutkan dengan sebuah kabar bahwa di gelombang pertama, nama saya tidak tercantum dalam daftar nama-nama calon mahasiswa baru yang dinyatakan lulus dalam tes. Cician dan bahasa penyemangat pun berdatangan, saya dikatakan kurang serius dalam tes, dan juga dikatakan tingkah laku saya tidak menunjukkan rasa yang memang benar-benar serius ingin lulus, kurang dekat dengan sang pencipta, dan juga selalu sial, semua kata ini hadir dari bibir orang tua saya, dari pribadi sendiri saya sangat kecewa saat itu sampai-sampai telat tidur. Untunglah saya memiliki seorang kaka yang selalu member saya motivasi akan setiap kegagalan yang saya dapat. “Sabar saja dek, masih ada gelombang berikut yang akan kau jalani, jadi janganlah terlalu berlarut dalam kegagalanmu ini, semua belum berakhir dan aka nada masa lagi setelah ini, ok?” sahut kakak saya, “thanks kak, saya akan bersungguh-sung dan giat lagi dalam berusaha”, jawab saya dengan nada rendah.
Setelah kegagalan itu, atas saran dari orang tua saya diberi opsi agar memilih jurusan bahasa inggris, dengan alasan bahwa jika saya mengambil jurusan bahasa inggris saya akan lebih mudah dalam mencari pekerjaan karena sekarang banyak instansi sekolah yang membutuhkan tenaga pengajar di jurusan itu, kedua jurusan ini tidak terlalu banyak diminati oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang ingin mendaftarkan dirinya seperti saya.  Mendengar opsi itu, saya agak tertunduk tak tahu mesti bilang apa, karena jika berbicara mengenai minat dan bakat, saya tidak terlalu menginginkan itu, sedih bercampur senang. Senang karena dapat diterima murni di kampus yang memang sudah menjadi cita-cita saya sewaktu masih duduk dibangku Sekaloah Menengah Atas, dan sekarang saya telah mampu merealisasikan semuanya, kata Alhamdulillah pun hadir sebagai makna rasa syukur yang mendalam. Atas dukungan orang tua saya tak lupa berucap terima kasih atas usahanya mewujudkan cita-cita saya itu, dan dengan itu saya pun bersedia mengambil opsi yang ditawarkan Bapak saya itu, saya pun mengambil jurusan Bahasa Inggris tepatnya di Prody Business English.
Hari pertama masuk kampus, saya langsung melihat suasana yang begitu berbeda dengan sebelumnya, saya melihat banyak mahasiswa yang berambut panjang atau biasa orang sebut “GONDRONG”, heran dan takut adalah kesan pertama, bertanya dalam hati “ Apakah seperti ini mahasiswa?, tidak memiliki aturan seperti dikalah SMA, Berambut panjang, memakai sandal, memakai celana robek di bagian lutut, memakai baju kaos tak seragam, merokok di tempat umum layaknya para masyarakat di luar sana, dan hampir mirip para preman di pelosok pasar. Untunglah saat itu ospek telah ditiadakan, jadi kami para mahasiswa baru agak sedikit tenang dengan para senior yang galak dan keras dalam mengkader junior mereka dalam tanda kutip kami para mahasiswa baru. Yang kata para senior pendahulu bahwa dalam ospek kita biasa di didik dengan keras seperti: di injak, di pukuli, di kerjain, disuruh jongkok dan segala jenis hukuman yang bersifat fisik dan tidak asyk deh pokoknya.
Setiba di pelataran depan kelas bertingkat tiga yang di beri nama DH sebagai kelas dari jurusan bahasa Inggris di Fakultas ini, kami para mahasiswa baru disambut dengan ucapan selamat datang dari berbagai dosen yang siap mengajar kami nanti ketika proses belajar mengajar telah berlangsung. Berbaris membentuk shaf berjejer dengan teratur kebelakan. Malu, agak asing dengan suasana kampus, ditambah dengan jumlah kami yang lumayan banyak, serta melihat cara berpakaian cewe dan cowo membuat lengkap suasana asing yang saya rasakan. Selembar kertas mulai dibagikan ke semua mahasiswa, yang di beri nama KRS, yah belum tahu saya apa arti dari kertas itu dan apa gunanya kami dibagikan. Polos dan lugu benar tingkah saya dan teman. Tiba-tiba di sebelah kiri saya bertanya dan menyahut saya, “kawan nama kamu siapa?”, “kenalkan saya chris kawan,” jawab saya. “Oh iya saya irvan, oia asal kamu dari mana?” lanjut dia, “ saya dari Gowa kawan, kalau kamu?”, jawab saya. “kalau saya asli Makassar kawan, senang kenalan dengan kamu”. Di akhiri dengan senyum, dialah teman pertamaku di kampus ini.
Hari berganti hari lebih singkatnya jam berganti jam, saya mencoba berbaur dan mempelajari segala budaya, suasana dalam kampus yang saya temapati saat itu, mulai dari sistem senior dan  junior yang tak ada saat saya berada di SMP dan SMA. Sehingga dihari dan ditempat itu saya menemukan berbagai kasus, mulai dari pemukulan yang kerap terjadi yang para senior namakan “ROPOLO”, aturannya: ketika senior berkata A, maka junior harus mengakui dan mengikutinya, kalau tidak maka akan ada konsekwensi dan masalah yang muncul, tak peduli salah atau benar karena kultur ini telah turun temurun berjalan dan sudah berakar. Jadi dari kejadian itu saya mendengar sebuah pernyataan bahwa “ ketika senior berkata A, maka junior harus ikut, dalam ada pasal yang mengatakan bahwa senior selalu benar, dan para junior harus patuh dan tunduk atas aturan yang telah ada itu.” Kami tidak dapat melawan sebab kami takut akan mereka-mereka yang berambut gondrong dan lebih paham akan kultur kampus, juga dibantu dengan para senior terdahulu yang mengaminkan aturan itu.
Di hari berikut, saya berjalan kearah bawah menuju parkiran bersiap untuk pulang, saya ditahan karena rambut saya tidak BOTAK, “woy, rambutmu kenapa panjang?”, “iya maaf kak, nanti saya potong besok,” jawab saya, “ oke, awas nanti saya lihat terus masih panjang seperti itu”, sahutnya lagi. “baik kak, maaf sebelumnya.” Dalam hati, weh bahaya ternyata, senior-senior disini galak. Hehehe. Sampai disitu, belum usai, di parkiran saya di dapat lagi oleh senior yang lebih tua, “dek, rambutmu kenapa panjang, saya punya ketter disini, mau saya ketter rambutmu?” sahut sebior itu yang tidak saya tahu namanya. Saya pun langsung kaget dan takut lalu spontan menjawab . “maaf kak, saya akan potong besok”, “ awas saya lihat besok tidak berubah”, sahut dia, “oke kak, janji”, “ oke jalan mako,”. “Iya kak makasih”, jawab saya dengan ekspresi rasa takut yang mendalam, hehehe.
Sampai di rumah, saya selalu mengingat peristiwa di kampus tadi, kenpa seperti itu dan apa kepentingan yang di cari oleh para senior yang memperlakukan adik-adiknya seperti itu?. Sepertinya ada yang tidak beres dengan semuanya, dan akhirnya sambil memikirkan itu mata saya pun tertutup.
Besoknya saya berjalan lagi dengan sedikit hati-hati, di tangga lantai 2 saya bertemu senior yang menyuruh saya mencukur rambut, dia satu level diatas saya yaitu angkatan 2010. Saat itu matanya melotot melihat kearah saya, pembicaraan pun terhenti karena kakak senior yang melotot learah saya, sehingga saya pun sadar bahwa pasti dia sedang memperhatikan rambut saya. Pantas memang dia seperti itu karena diantara teman-teman saya yang lain hanya saya yang agak panjang rambutnya sedikit, dan juga peringatannya yang tidak saya lakukan, saya belum potong rambut. Setiba di depannya matanya terus melotot kearah saya, sampai saya pun lewat di depannya dengan keadaan menunduk dan sempat saya berfikir saya akan lolos karena saya sudah lewat didepannya dan tidak kunjung di panggil-panggil. Pas ditengah perjalanan dia langsung berlari kearah saya dan hendak mengayungkan tangannya kea rah badan saya, dan senior yang lain pun melerai kejadian itu dan menurungkan emosi senior yang hendak memukuli saya itu,dan segera menenkan suasana “ tenang kawan, dek pergimiki janganki dengarki ini.” Sahut senior yang lain kepada saya.” Dengan perasaan kaget saya pun melanjutkan perjalanan dan segera memasuki ruangan kelasku. Geleng kepala, apa maksud dari semua ini? Jawab saya dalam hati.
Di hari selanjutnya saya telah cukur rambut untuk kedua kalinya, tapi saya masih mendapat teguran keras dan ancaman dari senior yang lain, karena masih panjang katanya. Saya kemudian cukur lagi yang ketiga kalinya dan sampai akhirnya saya botak. Saya sangat benci dengan model rambut seperti itu karena maklum bentuk kepala saya tidak terlalu keren untuk dipandang oleh teman-teman seangkatan, khususnya teman kelas. Tapi alasan itu tidak membuat saya kuat untuk tidak mencukur rambut hingga botak. Ya ampun kenapa seperti ini system yang dipertahankan dalam sebuah instansi pendidikan, sementara ketika kita berbicara status, kita sama-sama mahasiswa yang memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan dan mengenyam pendidikan yang layak dan maksimal oleh para tenaga pengajar yang ada di dalam kampus ini. dan anehnya lagi perlakuan seperti ini hampir setiap harinya. Yah tapi kita juga harus menerima budaya yang telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.
Sampai di kemudian hari kultur baru pun saya temui, yaitu para senior sering memajaki kami, memintai kami uang dalam jumlah yang tidak sedikit dan seperti kultur yang lain, ini terjadi setiap kali kami bertemu senior. Menyurh kami membeli kopi dengan uang kami, menyuruh kami membeli rokok dll yang menjadi kebutuhan mereka. Kami sama sekali tidak dihargai dan tidak di lihat dalam kampus tersebut, diperlakukan seperti layaknya para budak yang sama sekali tidak berguna dan hanya pantas untuk di suruh-suruh.
Dan selama satu tahun kami diperlakukan seperti itu, sampai akhirnya semester baru pun tiba dan kami pun memiliki adik, saya beri nama adik karena kami bukan senior yang seperti mereka lakukan kepada kami di semester yang lalu. Kesadaran kami telah muncul karena pengalaman telah mengajari kami bahwa kultur seperti itu tidak bagus adanya, dan tidak layak untuk diterapkan, maksudku ketika saya tidak suka diperlakukan seperti senior memperlakukanku dulu, artinya adik-adik saya pun tidak suka itu dan mungkin saya tidak akan melakukan hal yang sama kepada adik saya nanti. Lantas apa bedanya saya dengan senior yang saya anggap tidak benar. Saya hanya berharap bahwa kejadian ini hanya saya yang meresakannya, tidak untuk balas dendam untuk adik saya.
Kapan habisnya kultur bobrok ini, ketika saya melanjutkannya ke adik-adik saya? Jadi mungkin pengalaman saya di perlakukan seperti itu bisa menumbuhkan rasa prihatin yang akhirnya saya dan teman seangkatan saya bisa memutus kultur itu.
Mungkin seperti itu setahun cerita saya di kampus. Sampai jumpa di cerita berikutnya kawan. Hidup mahasiswa dan hidup rakyat.

Minggu, 23 Desember 2012

KEPALAN TANGAN PARA SENIOR

                                       
                                                     KEPALAN TANGAN PARA SENIOR
                                                         Cerpen budaya kampus kami
Kata utama kami mungkin adalah takut dan tak bisa berbicara menghadapi penguasa-penguasa kecil yang nantinya akan jadi patokan perilaku dari kami-kami para pendatang baru di kampus tersebut. Sebuah ketentuan telah mengungkung dan mempersempit langkah kami untuk melihat mentari dengan lepas. Ribuan kilo meter kami saat ini, dibanding mereka yang sudah dekat dengan sebuah tujuan. Dia adalah mereka yang sudah terlebih dahulu tiba dari tempat kami sekarang, yaitu di sebuah instansi pendidikan yang dinamakan Universitas atau kampus yang dimana mahasiswa bertempat, dua kata yang begitu sakral, dan tanggung jawab yang harus di emban bagi kami untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di lingkungan kami. Yaitu Maha dan siswa, dimana maha diartikan sebagai Basar, dan siswa sendiri berarti orang yang sedang belajar dalam sebuah sekolah, jadi bila disatukan artinya mereka yang berada dalam sebuah sekolah yang dikatakan besar (orang yang sedikit tahu dibanding para siswa atau siswi yang berada di SD, SMP dan SMA).
Jenjang ini merupakan tahapan atau bagian dari sebuah wujud pendidikan yang telah diatur sedemikian rupa oleh para penguasa di Negeri ini. Di sebuah kampus, kita harus mematuhi segala aturan yang ada, dan Birokrasi kampus adalah tokoh utama dalam pembuatan aturan itu sendiri, namun yang perlu kita ketahui bahwa dalam sebuah kampus pasti memiliki ciri atau kebiasaan yang sudah melakat dan susah untuk kita rubah dan hindari. Sebagai contoh dimana sebelum kita mulai belajar atau mengikuti semester yang berjalan secara aktif, kita harus mengikuti Ospek atau pelana yang lebih spesifiknya yaitu pengenalan akan budaya kampus yang akan kita tempati menuntut ilmu yang sudah disepakati oleh para birokrasi kampus dan mahasiswa yang akan mengambil bagian sebagai pengurus dari ospek tersebut, Nah yang perlu kita ketahui juga bahwa dalam ospek itu sendiri sependek pengetahuan saya, dimana kita wajib memetuhi aturan-aturan yang telah dibuat oleh para pendahulu kita atau singkatnya senior kita, yang sudah menjadi perintah dari atasan mereka yaitu birokrasi kampus. Contoh kecil dari aturan yang disediakan yaitu: Pertama, kita harus memakai baju yang unik dan seragam yang sama dengan mahasiswa yang lain, memakai kos yang berbeda warna, memotong rambut sampai plontos, menggunakan papan nama yang dibuat dari dos, pita-pita sebagai kalung agar lebih bobrok dilihat, dan yang tak perlu kita lupakan yaitu di dalamnya kerap terjadi kekerasan atau kontak fisik yang dilakukan oleh para senior untuk mereka para junior yang katanya melawan atau tidak taat aturan. Jadi kemudian timbul sebuah pertanyaan bagi kami yang pernah mengalami itu, apakah semuanya akan membawa dampak yang lebih positif bagi orang yang diospek itu? Tidakkah mereka yang pernah mengalami itu akan menerapkannnya lagi dan lagi bagi junior mereka nantinya, pastilah seperti itu jika tidak muncul sebuah kesadaran bagi mereka yang pernah merasa tertindas. Jadi apakah kampus itu mendidik kita agar dapat berbalas dendam dan menindas orang lain? Pukul dan pukul lagi, hal inilah yang sudah menjadi kebiasaan buruk bagi budaya yang sedang kami jalani, ketika kita tidak menurut atau tidak bergaul dengan para senior pendahulu kita, jadi artinya mereka punya hak untuk memukul kita? Berbicara logis tentunya tidak logis sekali kawan, inikah calon yang dikatakan kaum penerus bangsa yang akan berbakti kepada negara? Inikah calon para intelektual yang dikatakan besar? Inikah mereka yang dibanggakan masyarakat? Bukan.
Lanjut mungkin saya akan arahkan menuju bagaimana otoriter senior dalam kampus, ketika kita dilihat berjalan dalam keadaan membungkuk lantas tak singgah itu katanya kurang ajar, dan harus dipukuli oleh senior? Atau paling tidak kita disuruh untuk membeli kopi atau rokok untuk mereka, teruslah seperti itu agar kami paham akan bagaimana komersialisasi pendidikan dan budaya negatif yang sudah berakar dewasa ini, di kampus kami.
Lanjut dari itu, pada sebuah hari, kemudian saya dan teman-teman seangkatan saya berinisiatif untuk membuat sebuah terobosan agar kesemuanya ini dapat kita hialangkan atau setidaknya dimengerti bahwa ini adalah budaya yang tak sehat dan tak pantas ada dan harus dihilangkan. Saya dan teman saya Akbardari jurusan Bahasa Indonesia, juga Adhy, dan saya dari Bahasa Inggris, iseng-iseng membentuk sebuah gerakan yang saya beri nama GAS atau Gerakan Anti Senioritas, kenapa kami kemudian berinisiatif atas ini, itu karena kegerangan dari kawan-kawan seangkatan saya atas apa yang terjadi dikampus. Kalau Gerakan ini sendiri mengatakan bahwa kami tidak punya senior melainkan Kakak, karena semua ini adalah dua hal yang sangat beda, dimana kalau senior mereka seperti seorang polisi yang katanya mengayomi dan melindungi juniornya, tapi dalam realitanya mereka hanya mengungkung kita dan mempersempit gerakan kita untuk maju, juga mereka hanya bisa memajaki kami para junior bahkan tidak segang untuk memukuli kami yang tak taat terhadap aturan yang jelas-jelas salah. Sementara jika kakak itu artinya mereka seperti seorang saudara yang lebih tua dan mengajari kita agar tidak jatuh kepada sebuah lubang, melindungi kita serta menjaga kita sebagai adiknya. Seperti itu mungkin gambaran dari gerakan kami ini.
Dalam sebuah proses kami untuk mensosialisasikan gerakan ini, kami sempat teledor dan menuai banyak perlawanan dari para senior-senior kampus yang tak setuju dengan garakan ini, meraka kemudian mendatangi saudara seangkatan saya di sebuah sekret organisasi saya yaitu eLTIM atau Lintas Transformasi Intelektual Mahasiswa, Mereka adalah salah satu senior yang ada di Bahasa Indonesia, mereka datang dengan gerombolan motor yang tidak sedikit dan saat itu saya sedang tidak berada ditempat, dan salah satu teman saya yaitu Adhy berada sendiri di tempat yang didatangi oleh senior-senior tersebut. Yah tiada lain pasti dia mempersoalkan masalah Gerakan kami ini, mereka mengatakan bahwa gerakan ini adalah gerakan yang tidak baiklah, tidak cocok dan salah. Tak lama setelah mereka datang Adhy teman saya Mengirimi saya pesan singkat, we dimanako? Ada datangika senior kesiniko dulu tapi jangan tanya kak Afdal(ketua dari organisasi eLTIM) yang merupakan salah satu senior yang kami segani dan sudah seperti kakak kami sendiri karena tidak seperti senior pada umumnya, tak lupa juga dia mengirim pesan ke Akbar untuk datang ketempat, jadi sayapun beralasan dengan kak Afdal akan keluar mengambil kabel data yang ketinggalan di Sekret, tanpa mengatakan yang sebenarnya sesuai dengan apa yang menjadi isi pesan singkat teman saya, sayapun dengan tergesa-gesa datang langsung ketempat, dan seampainya saya melihat banyak kendaraan dan saya masuk mendengar cerita mereka para senior, terdengar suara dari salah satu senior “weh kau itu orang Bone dek, kenapa na begitu caramu? Salah besarko,” Adhy menyahut “ kak justru karena orang Boneka itumi na beginika, tidak mauka liatki teman-temanku jadi korban dari sistem yang kakak terapkan,” lanjut senior “ dek, salah caramu,” adhy lalu bertanya “Kalau salahka paeng kak rasionalkanki dari mana letak kesalahanku supaya bisaka perbaiki kalau memang salahka”, senior itupun lalu menggaruk kepala terlihat kewalahan untuk berbicara lagi. Namun dibalik ini pun mereka sudah memiliki dendam lama yang masih terasa, kejadian itu terjadi beberapa bulan lalu di Bulukumba, dalam rangka kegiatan rutin HIMAPRODI bahasa dan sastra indonesia, disana mereka di pukuli oleh para senior tampa kejelasan yang logis, mereka dipukuli satu persatu diantaranya yaitu Adhy dan teman saya juga Akbar, dan sebelum itu mereka telah sepakat bahwa tidak akan ada pemukulan yang akan terjadi disana, toh nyatanya itu semua bohong dan disanalah dimulai masalah, sebagian angkatan 2011 mengundurkan diri di HIMAPRODI bahasa dan sastra Indonesia yang masih menjadi bekas sampai sekarang.

Lanjut, kemudian senior lain pun berbicara “ Kalau memang kau masih dendam kepada kejadian dulu itu yah pukuli saja juga kami”, dalam benakku “ siapa yang akan berani memukuli kakak, walaupun kami dendam?, lalu Ahdy lalu menjawab “ kalau dendam munafikka kak kalau tidak ada, analoginya , ketika paku saja dicabut dari sebuah tembok itu akan membekas dan begitupun saya, dan ketika kakak menyuruh saya untuk memukuli kakak lantas apa bedanya saya dengan kakak.? Senior-seniorpun pusing sambil menggelangkan kepala pertanda kewalahan untuk berbicara, suasan pun berubah menjadi semakin rumit dan saya pun dalam posisi standby jika terjadi sesuatu, oia saat itu pula saya ditanya, “ apa kau cari disini? Angkatan berapako? Saya menjawab “ saya kesini ambil cas dan ini sekret saya, saya angkatan 2011 kak, seangkatan dengan Adhy”. Dia melanjutkan “oh kukira Adhy yang suruhko kesini”. Dan selasainya masalah kemudian senior mengatakan sesuatu kepada Adhy “ dek janganko terlalu gegabah sekali nah, kalau saya tidak apa-apaji tapi kalau senior yang lain tidak bisaka jaminko dan tdak bisaka juga bantuko pastinya”, benakku “cuci tanganki lagi seniorka”. Dan setelah itu mereka pun pergi.
Di suatu hari terjadi kemudian kasus serupa dan lagi-lagi yang menjadi korban adalah angkatan saya, yang lebih ngerinya lagi mereka adalah sahabat saya yang saya kenal dia itu baik dan ramah. Yang menjadi pertanyaanku, kenapa selalu angkatan saya, saya takutnya para senior itu mengatakan jika kamu ingin memukul datang saja ke 2011 karena menganggap angkatan kami itu tidak sesolid angkatan mereka, dan yang lebih pedihnya lagi, kami sudah memiliki adik 2012 tapi toh tidak ada yang berubah, mereka selalu beralasan bahwa kami tidak mau bergabung dengan senior dan cuek nakal dengan teman kelas. Pusing dan gerang melihat tingkah semena-mena para senior, kami pun membuat kesepakatan bahwa ketika kami di perlakukan seperti itu lagi itu akan menjadi bumerang bagi mereka dan kami sepakat untuk bersatu ketika ada salah satu diantara kami yang dipukuli lagi.

inilah mungkin sedikit gambaran bagaiamana kultur negatif yang sudah berakar di kampus kami, selain masalah birokrasi yang rumit kami dihadapkan lagi dengan masalah yang lebih rumit untuk diselesaikan, dan mungkin inilah tantangan sekaligus ujian dan bagaiamana agar kampus bisa kita normalkan dan berjanji agar angkatan kami 2011 akan bersatu kembali serta akan menjauhkan diri dari yang namanya penindasan untuk kaum intelektual. Hidup mahasiswa hidup rakyat.