|
SEPTIAWAN BUDI ARIFIN |
BERCERMIN DIRI
Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok yang sangat lama kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh, sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang
kulihat
Tatkala kutatap wajah, hatiku bertanya, Apakah wajah ini yang kelak akan
bercahaya dan bersinar indah di surga sana?
Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam?
Tatkala kutatap mata , nanar hatiku bertanya,
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan ...
Menatap Allah, menatap Rasulullah, menatap kekasih-kekasih Allah
kelak?
Ataukah mata ini yang terbeliak, melotot, menganga , terburai menatap
neraka jahanam ...
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan?
Wahai mata, apa gerangan yang kau tatap selama ini?
Tatkala kutatap mulut, apakah mulut ini yang kelak akan mendesah
penuh kerinduan ... mengucap laa
ilaaha ilallah saat malaikat maut datang menjemput?
Ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah menjulur, dengan lengking
jeritan pilu yang akan mencopot sendi-sendi setiap pendengar.
Ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zaqun jahanam ... yang getir
penghangus, penghancur setiap usus.
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan?
Berapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang meringis
tajam?
Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu yang engkau ucapkan
untuk menipu?
Betapa jarang engkau jujur.
Betapa langkanya engkau syahdu memohon agar Tuhan mengampunimu.
Tatkala kutatap tubuhku.
Apakah tubuh ini kelak yang akan penuh cahaya ...
Bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga?
Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur, mendidih di dalam lahar membara
jahanam, terpasung tanpa ampun, derita yang tak pernah berakhir.
Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan?
Berapa banyak orang-orang yang engkau zalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau tindas dengan
kekuatanmu?
Berapa banyak perindu pertolongan yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal
engkau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang engkau rampas?
Ketika kutatap hai tubuh
Seperti apa gerangan isi hatimu
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu?
Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu?
Apakah hatimu segagah ototmu?
Atau selemah daun-daun yang mudah rontok?
Apakah hatimu seindah penampilanmu?
Atau sebusuk kotoran-kotoranmu?
Betapa beda ... betapa beda ... apa yang tampak di cermin dengan apa yang
tersembunyi ...
Betapa beda apa yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi.
Aku telah tertipu, aku tertipu oleh topeng
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah topeng belaka
Betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng
Betapa yang indah ternyata hanyalah topeng ...
Sedangkan aku ... hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu, aku malu ya Allah
Allah ... selamatkan aku ...
Amin ya Rabbal `alamin.
MEMULAI DARI 3M
- Mulailah
dari diri sendiri. Bagaimanapun juga kita tidak bisa mengubah orang
lain tanpa diawali dengan mengubah diri sendiri. Jangan menyuruh orang
sebelum menyuruh diri sendiri dan jangan melarang orang sebelum melarang
diri. Jikalau kita awali dari diri
sendiri, setiap perkataan insya Allah akan
menjadi kekuatan yang menggugah dan merubah.
- Mulailah
dari hal yang kecil. Sesuatu yang besar adalah rangkaian dari yang
kecil. Dengan kata lain, kalau kita belum bisa berbuat sesuatu yang besar,
lakukan hal-hal yang kecil. Kalau kita terbiasa melakukan hal kecil dengan
baik, niscaya Allah akan memberikan kesempatan untuk melakuka hal
yang besar dengan cara yang terbaik.
- Mulailah
dari saat ini. Kita tidak tahu apakah kita masih memiliki waktu
atau tidak, Allah-lah Yang Mahatahu ajal kita. Oleh karena itu,
manfaatkan setiap kesempatan agar efektif menjadi kebaikan.
KIAT MENGGAPAI SUKSES ( 7 B )
- BERIBADAH
DENGAN BENAR DAN ISTIQAMAH. Diawali dengan memahami agama dengan benar
lalu mengamalkannya dengan konsisten sebagai pengokoh keimanan. Karena tanpa keimanan yang kuat, bagai
bangunan tanpa pondasi akan mudah oleng dan roboh.
- BERAKHLAK
BAIK. Ketahuilah nilai keislaman dan keimanan kita cirinya adalah kemulian
akhlak, yaitu menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik yang diridhai
Allah Swt.
- BELAJAR DAN
BERLATIH TIADA HENTI. Segala sesuatu senantiasa berubah, bagaimana mungkin
kita bisa menyikapinya dengan baik apabila ilmu, pengalaman, dan wawasan
tak bertambah. Kuncinya belajar dan berlatih tiada henti.
- BEKERJA
KERAS DENGAN CERDAS. Allah telah menyediakan segala yang terbaik
untuk kebahagian dan kemuliaan kita. Kita hanya tinggal menjemputnya, namun
harus dengan kerja keras yang cerdas dan ikhlas.
- BERSAHAJA
DALAM HIDUP. Hidup bersahaja akan meringankan beban hidup, bebas penyakit
riya, tak didengki, dan aman. Di samping itu juga akan disukai, dihormati,
ringan hisabnya, disukai Allah, serta makin leluasa dalam
menafkahkannya.
- BANTU
SESAMA. Mulailah dari sanak saudara, tetangga terdekat, lalu lingkungan
kita. Ingatlah sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa manfaat
sebesar-besarnya bagi sesama, itulah kemuliaan yang dijanjikan Nabi kita.
- BERSIHKAN
HATI SELALU. Ingatlah, tak ada artinya segala kesuksesan yang dicapai
apabila menjadi ujub, riya, dan takabur. Oleh karena itu, selalu jaga
kebersihan hati karena Allah hanya menyukai orang yang berhati
bersih.
Sukses Adalah Ketika Kita Bisa Berjumpa Dengan Allah Di Akhirat Nanti.