Minggu, 04 Januari 2015

PEKARANGAN CAHAYA

“CAHAYA HARUS HILANG, JIKA DIA TIDAK CUKUP”
JANGAN DIBACA, INI SEKADAR KELUHAN

-MARI MINUM KOPI (Kamar tanpa jendela)
Cerita ini bukan petunjuk menuju laut lepas, juga bukan bagaimana politik yang rakus diberlakukan di dalam sebuah hubungan, percintaan. Lebih lanjut baca sendiri!!! Sejam yang lalu aku masih memikirkannya, lalu lalang tak ingin pergi namun hal itu semestinya biasa saja dipikiran, tapi sepertinya kita masih punya batang tubuh yang lain selain pikiran. Mungkin rokok dan kopi adalah solusi yang baik untuk menenangkan pikiran, lalu tidur dan hilang.
Langsung saja, niat untuk berbagi setahun yang lalu tak berakhir sampai saat ini, iya berbagi, bukan tidur apalagi kuliah. Mereka, karena dia banyak. Senjata utamanya hanya makan dan merokok, sebagai pelengkapnya dia jg minum kopi dan dia sangat keren dengan rutinitasnya itu, tapi bisa saja kesenangan bukan mangsa yang harus diburu apalagi jadi impian untuk diri sendiri. makanya dari sekarang kita harus bergerak, bukan ke MC DONALD ataupun ke PIZZA HUT untuk selfie. Pikir saja sendiri kemana.!
Diawali dari curahan hati yang dilisankan melalui mulut, dia bercerita banyak dan akhirnya menimbulkan beberapa percakapan, percakapan inilah yang mengawali kebersamaan. Kebersamaan yang menjadi pembuka prinsip hidup bahwa dunia akan berubah apabila kita diam dirumah. Rumahku adalah surgaku dan tak ada keresahan diluar sana yang mesti kita pikir dan urgent. Karena rumah adalah miniatur surga untuk kita sendiri “bukan untuk orang lain”, makanya kita  mesti meyakini bahwa semua orang diluar sana baik-baik saja dengan hidangan spaghetti yang di pesan dari mall-mall. Tak cukup sampe disitu, setiap hari kita juga makan, merokok dan berdiskusi di surga yang kami tempati, penerapannya pun harus dalam surga itu sendiri. Mudah-mudahan teman-teman paham apa itu surga yang saya maksud, kecuali kalau teman-teman langsung membaca dari bagian ini dulu.
 Oke, Kalaupun tulisan ini mesti dibaca oleh orang lain “Kita bukan penikmat cahaya yang rakus, dari ancaman kegelapan di rumah sebelah.” Izinkan kalimat ini terbaca.
Iya kita butuh makan untuk membuncitkan perut yang sedang lapar, kita butuh merokok dan ngopi untuk menafkahi imajinasi, dan kita butuh istirahat untuk menghemat semangat, dan mungkin kita juga butuh beer untuk menenangkan pikiran yang sedang bercerai-berai. Apalagi teman, kita sangat butuh itu untuk melanjutkan pikiran yang “kosong” dan badan yang hanya digunakan untuk “Istirahat”.
Terbukti, “Atap yang menjadi bagian tertinggi dari sebuah rumah tak mampu melihat tiangnya sendiri, dia tak ingin roboh dan jatuh bersama-sama meskipun mereka tahu bahwa ada yang lelah menopang, kalau begitu “atap” harus siap menahan hujan ataupun badai yang kapan saja bisa datang.”
Saya masih gelagap dan sering diam, cahaya yang rutin mungkin bisa jadi isyarat bahwa kegelapan tak ada dimanapun “Kata mereka yang ada didalam rumah tak berjendela”. Karena kita tak boleh terlalu serius kata Joker, makanya kita hanya bisa menangis saja. Iya menangislah, karena ibumu melahirkanmu  hanya untuk menangis.Apalagi ada banyak diluar sana yang bisa membantumu jika kau butuh.
Sepertinya sebelum tulisan ini selesai, saya harus sakit kepala dulu. Saya juga penikmat rokok, tapi saya menulis kok. Abadi atau tidak kita dengan menulis, bukan masalah. Cuman ingin pusing saja, selain curhat.
-HITAM ADALAH WARNA FAVORIT KAMI
(Teman, saya benci filosopy lilin)
Oh ia saya ingat, saya punya sahabat. Bukan teman, karena kalau teman saya punya banyak. Kalau alasan kesamaan mungkin bukan, kenapa sampai saat ini kami masih sering ngumpul. Sebagian perokok, sebagian lagi tidak dan mungkin itu bukan kesamaan. Ah lupakan saja, saya tidak perlu alasan untuk tetap bersama kok. Jelasnya saya cinta dia, karena dia cinta orang lain.
Bertiga, kami punya tanggung jawab untuk menjawab teka-teki yang bermunculan, Mulai dari masalah persahabatan, respon atas permasalahan dikampus dan lingkungan sekitar, sampe di masalah percintaan sekalipun. Parah bukan? Makanya jangan dicontoh!
Kedua sahabat saya itu sering konflik, tapi waktu harus dicaci kalau dia memberi jarak yang terlalu jauh untuk menyatukan mereka kembali. Hitam adalah warna favorit kami bertiga, hitam yah mungkin bisa disebut kumpulan cerpen yang sering kami baca lalu kami jadikan titik acuan untuk bertindak. Hehehe…
Sudah, itu saja. Lagian dia sudah punya dampingan masing-masing kok. Nah kalau saya, semoga dia yang akan saya cintai sedang membaca buku sekarang. Bukan bermain gadget kesayangannya, tapi dia yang siap untuk bersamaku membangun rumah tangga dengan pintu yang bergambarkan huruf “A” dalam lingkaran.
Satu hal “Pengorbanan bukan bagaimana filosopy lilin itu berjalan,  Tapi bagaimana cahaya yang lebih itu bisa terbagi. kalaupun tidak cukup, memusnahkannya bisa jadi alternatif. Tapi sayangnya sesuatu itu takkan berubah apabila kita hoby berdiam diri, rembulan saja bergerak masa kalian diam? Setidaknya munculkan cahaya”.
-TIRANI DI SIANG HARI (Maaf saya diam saja)
Hari ini saya datang lagi, senin 28 oktober 2014. Dengan sambutan selamat datang dan silahkan masuk, saya bergegas masuk di sebuah surga persis di tahun kemarin, hanya perpindahan yang jadi pembeda. Menerawan suasana, yah masih tetap sama, ada yang bermain domino juga ada yang sedang merenung tak jelas. Aku masih saja menemui sebuah kotak persegi dengan kebingungan didalamnya. Hari itu saya hanya ingin memastikan bahwa masihkah surga itu tak bermakna? Ternyata masih, dan mereka masih mencicipinya. Saya harap ketidakbermaknaan itu tak menular seperti penyakit cacar yang berbahaya.
Tirani, aku melihat tirani diruangan kecil. Sebenarnya ruangan itu muat untuk kami semua. Namun entah apa penyebabnya, kami harus menerima bahwa tempat malam ini adalah tidur melantai karena katanya kasur besar itu hanya muat 2 orang. Ah mungkin dunia memang hanya untuk mereka yang sedang bercinta, dimana perempuan dengan bugil memperlihatkan bahwa tirani adalah hal yang tak perlu dipikirkan jika aku sedang berdua.
Aku putuskan untuk pulang, bagaimana tidak jika kamar di rumah lebih asyk untuk ditempati istirahat ketimbang disini, saya harus muak dalam hati dengan menonton beberapa adegan.
Sebelum pulang, ada beberapa lembar uang yang disodorkan dari penghuni kamar yang notabene seorang militer dengan bangganya baru saja memakai baju dari dalam kamar. Tapi sayang, uang bukanlah hal berarti ketimbang kebenaran yang harus saya sesatkan. Lebih baik aku menulis.
Sekali lagi, saya menulis ini bukan untuk eksistensi. Tapi hanya ingin sekedar berbagi.
Jadi silahkan nikmati cuaca apapun menghadapi musik dan kopi di depan anda. Sampai jumpa.!!!

Gowa, 27 Oktober 2014 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar