Senin, 12 Januari 2015

22 Tahun, Dan Apa Saja?

                               
-Sedikit Renung

Perpindahan adalah peralihan sesuatu dari satu objek ke objek yang lainnya. Dalam setiap perpindahan kita akan selalu mengenal kata "transisi". Transisi juga dapat diartikan sebagai kenalan baru, yang akan selalu siap menuntun kita menuju jalan berikutnya.!
Oke, jika saat ini ibarat masa transisi. Apa yang ingin kamu kenal, dan siapa yang ingin kamu kenang? Pertanyaan inilah yang akan membuka semuanya, dalam hal apa yang telah terlewati, dan yang ingin dilewati. Tidak akan jauh.!
Mungkin dengan sedikit merenung bukanlah jalan keluar dari gelapnya suasana perkampungan menuju terangnya masyarakat kota. Dia bisa saja hanya akan membujukmu untuk membaca selembar buku, setelah itu kamu sudah dapat tidur dengan lelap. Atau untuk imsomnia, berkhayal adalah teman yang baik.
Dapat pula kau sedikit menggambarkan ibumu yang seorang Guru Sekolah Dasar. Tentang kesibukannya, tentang cemohannya jika kau bermain diluar dan lupa waktu untuk makan. Pasti kau ingat.! Atau kau ingin kembali? tentunya.! Tapi sudahlah, kita sudah dewasa dan harus sedikit lebih cemas. mungkin.! 
Kau harus menerima kenyataan bahwa pasir dan pinggir pantai sebagai tempat bermainmu kita telah disulap menjadi Ruangan berAC dengan beberapa lampu hias. Tiada lain kau harus belajar tentang tuntutan, kesibukan juga waktu yang terbatas. juga hitung temanmu yang sitiap hari semakin berkurang.
"Kau harus lebih dari ayah dan ibu", serta kalimat ini. belajarlah untuk mengingat.! 
Kita bisa saja memaparkannya satu persatu sesuai pandangan masing-masing, tak perlu menunggu pagi sambil tersedianya hidangan di meja makan. Tapi sudahlah, saya yakin kita semua tahu seperti apa esensi dari setiap relasi yang disebutkan tadi.
Keluarga adalah sanak saudara, dalam hal ini ayah, ibu dan anak. Setiap saat diantara pikiran yang yang sangat kompleks, berpikir tentang seperti apa dan bagaimana keluarga nanti kadang jadi obat penawar. Mungkin.! Siapa yang tak menginginkannya? Saya masih yakin bahwa tak ada satupun. Kecuali mereka yang sudah tidak memiliki perencanaan untuk kedepannya.

Lagi-lagi kita mesti memiliki perencanaan, tentang mimpi, pula bukan hanya memiliki seorang buah hati menjadi tujuan hidup ini. Sepertinya putus generasi bisa jadi alternatif, dimana budaya semacam patriarki dan matriarki harus lebih intens diperdengarkan dalam ruang lingkup keluarga. Yang sering saya temui adalah kalimat “Jangan main kedapur nak, nanti ini, nanti itu” untuk seorang anak laki-laki. Seakan dapur adalah senyawa kimia berbahaya yang apabila disentuh akan mengakibatkan kematian. Itu adalah paham lama, keadaan sosial telah berubah. Ibarat Kitab yang diturunkan sesuai keadaan alamnya. Pembeda perempuan dan laki-laki hanya pada buah dada dan kelaminnya, untuk persoalan tenaga dimana yang santer terdengar ditelinga bahwa laki-laki lebih kuat dari wanita itu menurutku keliru. Karena memang sedari kecil lelaki selalu dipekerjakan dengan pekerjaan berat dan perempuan hanya didapur. Sebagai bukti, banyak perempuan yang jadi atlet angkat besi kok. Kan?
Menurutku Ini hanya persoalan kebiasaan (Budaya) yang terbangun di masyrakat. Semua terbentuk tidak begitu saja, tapi memiliki sejarah. Jadi mari minum kopi dan membaca beberapa lembar buku bersama keluarga.
Lantas mengapa kita harus menaruh ini dibagian akhir? Sebab inilah yang paling banyak dilupakan masyarakat pada umumnya. Tentang bagaimana relasi itu mengalienasi, bagaimana kerja itu mengambil waktu sehingga kadang lupa berkumpul bareng keluarga, tentang bagaimana kita mempekerjakan buruh tidak sesuai dengan upahnya, tentang bagaimana seorang bos hanya ungkang-ungkang kaki dan tetap menerima gaji, tentang persaingan yang selalu memunculkan ide-ide baru yang merugikan dan banyak manusia. Tapi sudahlah, saya sudah capek untuk melanjutkan tulisan ini, mungkin lain waktu.

-Warna dan Konsep
"Relasi" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan hubungan. Hal ini sangat penting untuk kelangsungan hidupmu sekarang dan kedepannya. Seperti kata Aristoteles "Manusia adalah makhluk sosial". dalam artian manusia tidak akan dapat bertahan hidup (Survive) tanpa bantuan manusia lain.
Relasi memiliki banyak macam, baik relasi pertemanan, pacaran, keluarga, rekan kerja dll.
Hubungan antar individu yang ada dalam sebuah relasi tidak jauh beda dari setiap yang ada, mereka memiliki konsekwensi dan hukum alamnya masing-masing. Biarlah.! Yang jelasnya Teman adalah Mereka yang akan siap bersamamu dalam kondisi apapun. Dan jangan lupa, teman yang baik adalah mereka yang tak sekedar berbagi makanan, tapi juga mereka yang bisa saling berbagi hidup (Dalam artian luas), sebab menurutku banyak hal yang lebih urgent dari sekedar ngumpul dan bermain gadget.Tanya mereka persoalan alam yang mulai gelap, tentang eksploitasi yang meluas atas nama perusahaan, tentang pangan yang dimonopoli kaum pemodal.
Pacar pun tak jauh beda, dia memiliki kemiripan. Hanya saja dalam konteks sekarang, banyak yang keliru memaknainya. Otomatis kelenjer mata jadi memerah dan tak berdaya. Tapi seandainya saja kita ingin belajar, akan lain ceritanya. Saya yakin.!
“Jatuh cinta itu biasa saja” (Efek Rumah Kaca) kutipan ini tidak saya maknai bahwa cinta dengan kata "biasa saja" ini tak memiliki makna, tapi kita pasti paham seperti apa pemaknaan cinta di dalam masyrakat kita sekarang (Lebih jelasnya, dengarkan lagunya). Tak ada hal yang mesti dilebih-lebihkan, karena memang semuanya sederhana saja. Terlampau lagi bahwa semuanya bisa menjadi hal yang berlebihan dan tak terkendali. Makanya kita hanya perlu sedikit santai dalam bermain. Seperti kata joker “WHY SO SERIOUS?”. Karena setahuku tatanan yang ada hanyalah sebuah permainan. Permainan yang tidak adil. Jadi untuk menghadapinya, kita hanya butuh permainan pula.! “Jika jatuh cinta itu buta, berdua kita akan tersesat. Saling mencari di dalam gelap, Kita berdua tak hanya sekadar menjalani cinta, tapi menghidupi” (ERK-JBS).
Rekan kerja adalah mereka yang satu perusahaan dengan kita dan memiliki hubungan bisnis.
“Peradaban memang sebuah istana diatas bukit tengkorak manusia. Bukit itu akan terus bertambah tinggi, jika kau tidak mencoba mengerti.” Perang Hayat




Tidak ada komentar:

Posting Komentar