Senin, 22 Oktober 2012

MENGAPA HARUS SERAGAM?

MENGAPA HARUS SERAGAM SEMENTARA KITA MELALAIKAN SUATU HAL YANG LEBIH BERMAKNA.!!!
Bahkan akupun tak pernah paham akan terjadinya sebuah realita yang di dalamnya didominasi oleh manusia-manusia yang berpatokan terhadap mayoritas. Sekumpulan manusia yang tergiur akan indahnya kesamaan posisi, barang ataupun tindakan yang cenderung  mengarah kepada banyaknya orang yang menggunakan. Entah mungkin kepribadian setiap individu yang berbeda-beda namun herannya setiap individu lebih cenderung mengikuti apa yang menjadi kebiasaan banyak orang.
Tak tahu dan tak ingin yahu masalah itu yang jelasnya saya agak kontra dengan aplikasi seperti itu, alasannya mungkin adalah ketidak sesuaian pendapat dan kesamaan perilaku dan juga ketidak respeckan saya terhadap hal yang mayoritas di sukai orang. Seperti contoh di kampung-kampung dan juga di kota-kota mayoritas dan memang sepantasnya mereka suka, seperti : Menggunakan motor-motor elit  seperti yang keren dilihat dan dipandang orang, sepantasnya mereka akan mati-matian untuk menghabiskan waktunya untuk mengurus hal kecil seperti itu dan malah menghabiskan waktunya untuk berusaha sekuat mungkin agar motornya ini bisa terawat dan juga keren dipandang orang, sementara itu mereka tak bisa mempunyai skala prioritas untuk mengggunakan atau menggeluti apa yang lebih penting dalam persoalan hidup kita sendiri. Seperti contoh ada seseorang keluarga saya yang memiliki motor kawasaki ninja dan dia dalam menjalani hidup itu lebih dan sangat berfokus ke arah motornya itu, bagaimana agar bisa keren dipandang orang dan lebih bagusnya agar lawan jenisnya bisa tertarik serta penanpilan dan style mereka bisa keren dilihat orang. Setelah itu anak-anak yang lain pun ikut tertarik dengan keadaan yang seperti itu, tidak didoktrin memang tapi lingkungan seperti itu sudah merupakan budaya yang sulit untuk mereka ubah adanya, jadi lanjut kasus anak-anak lain pun ikut-ikutan ingin membeli motor kawasaki walaupun kondisi ekonomi orang tua mereka lemah, lanjut dengan itu mereka pun menyusahkan bahkan mereka berbuat sesuatu dengan modus agar motor seperti motor tetangganya itu bisa iya miliki. Dengan cara kabur dari rumah dalam beberapa minggu, menghancurkan barang-barang yang tersedia di rumahnya, membentak orang tua dan jadilah satu anak nakal karena budaya tidak sehat itu menular ke setiap anak yang menjadi pemeran utama di dalamnya. Setelah itu orang tuanya pun dengan susah paya sekuat tenaga mengusahakan anaknya agar bisa menjadi baik lagi, dengan kondisi ekonomi orang tua yang lemah itu orang tuanya memberi isyarat kalau saya belikan kamu motor yang mahal itu, saya akan menjual separuh dari sawah saya yang ada tapi bagaimana dengan sekolahmu nak? Karena dengan motor itu saya serasa tidak mampu lagi membiayaimu untuk sekolah. Anak itu menjawab, tak apalah ibu, asalkan ibu membelikan saya motor yang saya inginkan itu. Dan dengan kejadian ini secara tidak sadar terciptalah sebuah kesalahan yang sangat fatal antara hubungan anak dan ibunya yang mengakibatkan seorang anak dan anak lainnya terputus sekolahnya dan juga suram masa depan.

Itulah sedikit contoh sekaligus pelajaran dalam melihat dan memaknai sebuah peristiwa agar tidak terbawa dalam sebuah wacana yang menenggelamkan diri dan keluarga kita.
Balapan liar, merokok di usai dini, seks bebas di kalangan remaja, berpacaran tidak sehat di kalangan anak-anak dibawah umur adalah semua contoh dari budaya yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari kita dan bukan tidak mungkin kita sendiri akan terjerumus di dalamnya ketika kita tidak bisa menyesuaikan dan memandang sesuatu itu dari segi prioritas dan kepentingan dan hal buruk yang terjadi di akhir kehidupan.
Itu adalah semua contoh yang akan kita lihat dan mungkin akan kita jalani karena kita tak bisa berjalan tanpa mereka yang di sekitar kita, namun di balik itu alhamdulillah dalam diri saya pribadi saya pernah berjalan didalamnya di dalam usia mudah yang pernah saya jalani, namun dibaliknya saat itu masih ada sifat asli yang saya punya yang dimana saya tidak ingin seragam dengan siapapun dan coba menghindar dari apa yang menjadi mayoritas, tak perlu menjadi seragam agar bisa di nilai baik dengan orang.
Yang jelas kita seragam dalam sebuah kebaikan itu malah lebih asyik. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar