Tampilkan postingan dengan label Culture. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Culture. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 November 2012

Setiap pilihan adalah konsekwensi

Achmad Chrisbianto Sachran 
Kita adalah makhluk sosial yang terlahir dalam keadaan keramaian atau bermasyarakat, langkah demi langkah kita lalui dalam keadaan dilema jika dua atau lebih pilihan memperhadapkan kita di dalam beberapa keadaan.
Dalam hal ini pengetahuan yang akan mengantarkan kita untuk memilih dan memungkinkan cara  memilih kita itu benar, mengapa karena pengetahuan adalah pengalaman yang kita dapatkan sebelumnya membuat kita paham akan sesuatu yang akan kita pilih dan konsekwensi apa kiranya yang akan terjadi jika kita memilih itu. sekiranyalah kita memperlebar sayap mencari yang namanya pengetahuan agar kita tidak keliru dalam memilih dan akhirnya akan terjadi sebuah penyesalan yang akan melahirkan kegalauan dan masalah yang akan terus berlanjut. masalah adalah ketidak sesuaian harapan dengan realita (tujuan), dimana masalah ini sendiri adalah bagian dari konsekwensi dari sebuah pilihan, tentunya kita tidak menginginkan sebuah masalah dalam hidup yang kita hidupkan ini, baik itu kecil maupun besar.
pilihan adalah sebuah jalan atau upaya untuk menghadirkan sesuatu entah itu harapan, tujuan, dll. kita sebut saja pilihan ini adalah jalan, analoginya : "ada 2 rumah yang belum pernah kita masuki, lantas kita disuruh memilih salah satu diantaranya, dia memberikan sebuah gambaran, bahwa rumah pertama itu, adalah rumah kayu yang mempunyai besar lebih di banding rumah yang satunya dan mempunyai fasilitas yang lengkap, sedangkan yang satunya adalah rumah batu yang ukurannya lebih kecil tapi modelnya yang menawan dan juga mempunyai fasilitas yang sama lengkapnya. tentunya disini kita dilema dalam memilih karena kita belum pernah memasuki kedua rumah tersebut, kita hanya bisa menebak dan tahu dari bagian luar rumah itu, dan berpikir" jikalau saya memilih rumah yang batu, saya khawatir rumah itu akan terkena banjir jika musim hujan datang, dan juga gempa bumi yang kerap terjadi. sedangkan jika saya membeli rumah yang kayu, modelnya tidak sesuai dengan perkembangan masa kini dan juga tidak seelegan dengan apa yang saya harapkan", jadi inilah masing-masing keluhan atau semacam konsekwensi yang muncul jika dia memilih salah satu dari kedua pilihan itu.
Itu hanyalah merupakan contoh kecil sebuah konsekwensi dari pilihan yang kita ambil, dalam hidup ini tak ada batasan yang diberi tuhan, konsekwensipun seperti itu. contoh kecil konsekwensi logis dari pada hidup ialah kematian. dan itu sudah menjadi sebuah ketetapan. dalam hidup pun kita diberi dua pilihan, baik dan juga buruk, kita memilih buruk kita akan mendapat ganjaran dari pada keburukan yang kita lakukan, dan ketika kita memilih kebaikan, kita akan mendapatkan ganjarannya pula. dan konsekwensi kita sebagai ummat muslim ada dua, yaitu surga dan neraka, dan disini Allah telah memberikan jalan bagaimana kita bisa menemukan keduanya itu.

Hindari penyesalan dari sebuah pilihan.

Senin, 29 Oktober 2012

Kesan alam untuk saya

Kesan alam masih memberi saya senyum, dibawah kaki gunung lompobattang adalah tempatnya diimana kegembiraanku saat itu adalah suasana yang kutampilkan. Dan juga pemanfaatan waktu saya tetap berada pada tempat total yang mestinya memang ada, mungkinkah kita akan masih tetap menikmati suasana ini? ataukah orang-orang diluar sana akan mengabaikan kebahagiaan semacam ini. Bila lain kali kesempatan ini akan terulang kembali, haruskah aku dan semua yang berada dalam suasana yang sama akan mengatakan ini lagi.?
Secara tidak sengaja alam yang kutemani saat itu menitip sebuah pesan kepadaku : "ambillah aku dan jaga aku seperti bagaimana aku yang tak hadir untuk berbicara agar dapat ditemani dan dijaga".
Wassalam.



Senin, 22 Oktober 2012

MENGAPA HARUS SERAGAM?

MENGAPA HARUS SERAGAM SEMENTARA KITA MELALAIKAN SUATU HAL YANG LEBIH BERMAKNA.!!!
Bahkan akupun tak pernah paham akan terjadinya sebuah realita yang di dalamnya didominasi oleh manusia-manusia yang berpatokan terhadap mayoritas. Sekumpulan manusia yang tergiur akan indahnya kesamaan posisi, barang ataupun tindakan yang cenderung  mengarah kepada banyaknya orang yang menggunakan. Entah mungkin kepribadian setiap individu yang berbeda-beda namun herannya setiap individu lebih cenderung mengikuti apa yang menjadi kebiasaan banyak orang.
Tak tahu dan tak ingin yahu masalah itu yang jelasnya saya agak kontra dengan aplikasi seperti itu, alasannya mungkin adalah ketidak sesuaian pendapat dan kesamaan perilaku dan juga ketidak respeckan saya terhadap hal yang mayoritas di sukai orang. Seperti contoh di kampung-kampung dan juga di kota-kota mayoritas dan memang sepantasnya mereka suka, seperti : Menggunakan motor-motor elit  seperti yang keren dilihat dan dipandang orang, sepantasnya mereka akan mati-matian untuk menghabiskan waktunya untuk mengurus hal kecil seperti itu dan malah menghabiskan waktunya untuk berusaha sekuat mungkin agar motornya ini bisa terawat dan juga keren dipandang orang, sementara itu mereka tak bisa mempunyai skala prioritas untuk mengggunakan atau menggeluti apa yang lebih penting dalam persoalan hidup kita sendiri. Seperti contoh ada seseorang keluarga saya yang memiliki motor kawasaki ninja dan dia dalam menjalani hidup itu lebih dan sangat berfokus ke arah motornya itu, bagaimana agar bisa keren dipandang orang dan lebih bagusnya agar lawan jenisnya bisa tertarik serta penanpilan dan style mereka bisa keren dilihat orang. Setelah itu anak-anak yang lain pun ikut tertarik dengan keadaan yang seperti itu, tidak didoktrin memang tapi lingkungan seperti itu sudah merupakan budaya yang sulit untuk mereka ubah adanya, jadi lanjut kasus anak-anak lain pun ikut-ikutan ingin membeli motor kawasaki walaupun kondisi ekonomi orang tua mereka lemah, lanjut dengan itu mereka pun menyusahkan bahkan mereka berbuat sesuatu dengan modus agar motor seperti motor tetangganya itu bisa iya miliki. Dengan cara kabur dari rumah dalam beberapa minggu, menghancurkan barang-barang yang tersedia di rumahnya, membentak orang tua dan jadilah satu anak nakal karena budaya tidak sehat itu menular ke setiap anak yang menjadi pemeran utama di dalamnya. Setelah itu orang tuanya pun dengan susah paya sekuat tenaga mengusahakan anaknya agar bisa menjadi baik lagi, dengan kondisi ekonomi orang tua yang lemah itu orang tuanya memberi isyarat kalau saya belikan kamu motor yang mahal itu, saya akan menjual separuh dari sawah saya yang ada tapi bagaimana dengan sekolahmu nak? Karena dengan motor itu saya serasa tidak mampu lagi membiayaimu untuk sekolah. Anak itu menjawab, tak apalah ibu, asalkan ibu membelikan saya motor yang saya inginkan itu. Dan dengan kejadian ini secara tidak sadar terciptalah sebuah kesalahan yang sangat fatal antara hubungan anak dan ibunya yang mengakibatkan seorang anak dan anak lainnya terputus sekolahnya dan juga suram masa depan.

Itulah sedikit contoh sekaligus pelajaran dalam melihat dan memaknai sebuah peristiwa agar tidak terbawa dalam sebuah wacana yang menenggelamkan diri dan keluarga kita.
Balapan liar, merokok di usai dini, seks bebas di kalangan remaja, berpacaran tidak sehat di kalangan anak-anak dibawah umur adalah semua contoh dari budaya yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari kita dan bukan tidak mungkin kita sendiri akan terjerumus di dalamnya ketika kita tidak bisa menyesuaikan dan memandang sesuatu itu dari segi prioritas dan kepentingan dan hal buruk yang terjadi di akhir kehidupan.
Itu adalah semua contoh yang akan kita lihat dan mungkin akan kita jalani karena kita tak bisa berjalan tanpa mereka yang di sekitar kita, namun di balik itu alhamdulillah dalam diri saya pribadi saya pernah berjalan didalamnya di dalam usia mudah yang pernah saya jalani, namun dibaliknya saat itu masih ada sifat asli yang saya punya yang dimana saya tidak ingin seragam dengan siapapun dan coba menghindar dari apa yang menjadi mayoritas, tak perlu menjadi seragam agar bisa di nilai baik dengan orang.
Yang jelas kita seragam dalam sebuah kebaikan itu malah lebih asyik. :D