Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label history. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Desember 2012

TEMAN TERBAIKKU TELAH TERHAPUS


Kemarau kering di fase suram mendekat ke diri yang pedih ini.
Teringat 5 tahun silam.
Di paksa zaman untuk meninggalkan kenangan kami saat itu.
Telah ada pengganti mereka untuk saat ini.

Tapi kemudian aku bertanya kepada yang berkuasa.
Apakah bisa kenangan itu kau hadirkan sejenak dalam benakku.
Untukku merasa behagia dalam waktu singkat ini.
Setelah itu terserah kau bagaimana buruknya aku.

Imajinasiku selalu mengarah pada sebuah hari yang tak kuketahui waktunya.
Melanglang buana menuju pedih yang tak berujung namun sakit.
Kulangkahkan badan dengan tujuan jelas namun tak nampak hasil.
Jawabannya aku tak seproduktif masa laluku.

Hari-hari terus menjauh dari kejadian yang ingin kuingat itu.
Sedikit terhapus dari ingatan, tak seutuh dan sesegar dulu.
Selamat jalan, jika kau terlupa karena keadaan. Maafkan aku.
Dan cobalah untuk mengingatku dan datang ke padaku masaku....

Jumat, 07 Desember 2012

DUNIA PENDIDIKAN BAGI SAYA


DUNIA PENDIDIKAN BAGI SAYA
                Dari hadirnya sang pejuang yang ingin merevolusi setiap sendi dalam kehidupan yang sekiranya tak lagi seperti matahari di pagi hari. Dimana semua makhluk yang berkecimpung di dalam tempat yang di beri nama dunia sebelum akhirat. Teman adalah sebuah wadah dan juga bukti bahwa kita dalam lingkup sosial, yang memang sepatutnya kita dan semua yang berkecimpung di area ini patut untuk berbagi satu sama lain.
Kepekaan di dunia ini semakin menjadi setelah perkenalan dengan sebuah dunia sekolah yang menghadirkan sebuah sensasi berbeda disetiap langkah yang berada di dalamnya. Berumur 6 tahun saya telah diperkenalkan dengan dunia Sekolah Dasar. Enam tahun saya menjalaninya dengan berbagai pertanyaan yang mengiringinya, mengapa ibu saya menyekolahkan saya? Dengan wajah dan tingkah yang masih polos kami tetap melanjutkan dan menyamankan setiap tindakan kami ketika berada di instansi tersebut. Mengapa tidak, karena di dalamnya saya diperkenalkan dengan dunia yang baru seperti bertemu dengan banyak teman sekampung dari berbagai pelosok daerah saya. Warna itu semakin menarik ketika dipadukan dengan suasana bermain yang begitu hangat, begitu menggembirakan. Tapi dibalik itu semuanya serasa belum pantas kami lakukan karena saya merasa dunia itu pantasnya saya gunakan untuk berkumpul dan bermain bersama teman guna mencari apa dan bagaimana kami sebenarnya? Mencari jati diri dan membentuk karakter lewat bermain. Tumpang tindih selama enam tahun saya menjalaninya. Mulai dari aturan yang saya benci, seperti memeriksa kuku sebelum masuk kelas, bangun pagi dan memakai seragam putih merah serta tuntutan orang tua untuk saya agar mendapatkan nilai yang bagus dan harus bersaing, dan sudah barang tentu ketika persaingan terjadi akan ada salah satu diantara kami yang tersingkir, Yah tersingkir dalam artian mereka yang berada dalam institusi tersebut lantas tidak memiliki kemampuan di jurusannya harus dikucilkan. Artinya pendidikan mengajarkan kita untuk mengucilkan orang yang berpotensi untuk bidang tertentu. Sementara pendidikan itu sendiri belum mampu menghadirkan semua jurusan yang bisa untuk dikerjakan, agar tak ada lagi yang selalu dekat dengan sindiran dikatakan bodoh. Lalu berlanjut untuk budaya setiap hari senin dimana kita harus berdiri di dalam sebuah lapangan daerah sekolah untuk katanya pengabdian kepada bangsa dan negara, yah salah satunya yaitu hormat kepada bendera, mengapa bendera harus kita hormati gitu? Bendera adalah benda mati yang harusnya dijaga bukan disembah, Dijaga dan disembah itu berbeda. Sama dengan disembah jika kita harus melakukannya setiap pekan.
                Jika kembali ke Akar sejarah sebuah negara, menurut saya negara hadir karena dosa di masa lampau. Diceritakan bahwa sebelum adanya negara ada sebuah sistem kerajaan saat itu, dimana kekuasaan selalu menjadi alat untuk bertindak sewenang-wenang kepada kaum yang berada di bawah. Dan sebelum ada yang dinamakan kerajaan, disana semua manusia berada dalam kedudukan yang sama, mereka sama-sama berburu dan meramu. Berpindah-pindah tempat kesana kemari karena belum ada yang dinamakan saling mengklaim tanah, sebelum kerajaan datang menjadikan tanah milik semua manusia di petakan. Lalu hadirlah sang Raja yang menjadi pimpinan terbesar dalam sebuah Kerajaan untuk mereka jadikan landasan untuk mengklaim bahwa ini adalah tanah milik mereka. Setelah larut, ada kemudian orang yang membentuk sebuah negara yang memiliki kekuasaan penuh dan hak kepemilikan yang luas. Negara memiliki hampir 50% tanah khususnya di Negara kita sendiri di Indonesia, Apakah negara masih saja dikatakan layak untuk di agung-agungkan untuk kita jadikan sebagai alat agar kita dapat bekerja keras untuknya. Sangat tidak logis, Negara adalah salah satu bentuk kekuatan yang sangat besar yang berpotensi untuk mengatur semua kehidupan manusia.
                Lalu saya lanjut ke SMP dan SMA, di kedua instansi ini pun tidak jauh berbeda dan hampir sama, dimana rutinitas di waktu SD hampir sama dengan yang ada di SMP dan SMA. Yang berbeda dimana dalam fase ini saya menemukan sedikit ketidak biasaan saya sewaktu di SD, dimana saya mulai tertarik terhadap lawan jenis saya. Yah mungkin ini adalah tahap dimana saya sudah mampu tertarik kepada kaum hawa, entah dari mana asal dari semuanya, yang jelas ini adalah sebuah anugerah dan awal dari bagaimana saya bisa belajar dalam mencari pasangan untuk kutemani suatu saat nanti. Lanjut lagi, di SMA saya sering bolos karena alasan saya sangat tidak suka untuk belajar, tak tahu kenapa bisa, tapi yang jelas saya tidak begitu nyaman dengan sistem pembelajaran yang di berikan sekolah. Jadi masalah mulai muncul selain faktor lain seperti kenakanlan dan pengaruh lingkungan sudah menjalar, wanita pun sudah menjadi jembatan pelengkap keduanya tadi. Yah dalam satu minggu, terhitung hanya 1-2 hari saya memasuki ruangan kelas untuk belajar, yah alhasil nilai saya jelek. Banyak mengulang yang nantinya akan memperlambat saya di akhir semester. Mau diapa, semuanya sudah terlanjur saya lakukan, jadi apapun daya saya itu sudah terlanjur.
Lalu kemudian di sebuah hari, ayah dan ibu serta kakak saya datang ke sekolah karena selembar kertas yang ditulis oleh pihak sekolah yang menyarankan orang tua dari saya agar ke sekolah berkonsultasi dengan guru BP. Kemudian, caci maki pun berdatangan, mulai dari ayah saya yang mengatakan saya anak tidak tahu diri, anak malas dan bodoh. Lalu ibu saya pun lalu berkata “anak suka berbohong kepada orang tua”. Kakak saya melanjutkan cacian itu “Kau kenapa memang bisa begini? Bodohmu itu.” Pusing dan panik mewarnai perasaan, lalu di suruhlah saya oleh kakak agar masuk kelas belajar dan tidak seperti itu lagi. Dan kemudian syarat telah saya sampaikan ke ibu agar saya bisa di belikan motor kawasaki.
Keesokon hari saya bergegas ke warung di dalam area sekolah, belum sampai guru BP memanggil “Chris sini dulu kamu”, “Iya pak” sahut saya. Lalu kaki ini pun menuju ke arah sumber suara dimana guru BP sudah menanti. “Nak kamu jangan malas-malas lagi yah” kata Guru BP , “iya pak insyaallah”. “oia katanya kamu malas karena kamu tidak dibeliin motor yang kamu suka yah?” hehehe, iya pak karena saya butuh kendaraan agar bisa rajin untuk ke sekolah”. “iya, katanya orang tua kamu : kamu akan dibelikan motor yang kamu suka, tapi kamu harus janji takkan bolos, kamu harus rajin, jika kamu bolos lagi maka motor yang akan diberikan ke padamu itu akan dijual kembali.” Ohhh, serius itu pak,?” Sahut saya dengan heran. “iya nak, kamu yang rajin yah OK? ‘iya pak, iya” sahut saya dengan muka yang begitu senang.
iya begitulah sedikit percakapan saya dalam sebuah instansi yang mnghalalkan segala cara agar apa yang tidak saya sukai itu bisa saya laksanakan, dengan menggunakan kekuasaannya mereka mampu mendapatkan yang diinginkan.
Lalu motor kawasaki pun di keluarkan orang tua saya agar saya bisa rajin dalam bersekolah, sesaat setelah itu raut muka pun begitu berseri dan bahagia karena adanya barang yang saya inginkan. Kesekolah saya dengan motor keren membuatnya menjadi pusat perhatian banyak orang, mengapa tidak di sekolah saya belum ada yang memakai motor seperti itu. Karena itu saya kemudian mengalihkan sedikit perhatian agar bagaimana saya bisa di perhitungkan di sekolah saya oleh teman-teman. Jadinya saya sedikit melupakan tujuan utama saya di sekolah, dan janji saya kepada guru dan orang tua saya.
Manejemen hidup mulai tak tertata, orang tua pun tak memberi semangat melainkan memarahi saya. Dan itu membuat saya semakin prustasi dan hilang arah, dan itu pastinya menjadi bumeran untukku sendiri agar aku melakukan sesuatu seperti mabuk-mabukan, Merokok tanpa setahu mereka, keluyuran mencari cewe di daerah lain. Yah itulah mungkin hasil dari didikan orang tua saya.
                Di Perguruan Tinggi, Pendidikan saya tinjau dari segi sendi kehidupan, dimana budaya di sebuah kampus sangatlah berbeda seketika kita berada di SD, SMP, SMA. Dimana dalam kampus itu sendiri di pelajari sebuah budaya secara menyeluruh dan menjaganya melalui beberapa organisasi dalam kampus dan sekreatif mungkin dijadikan sebagai budaya yang disulap menjadi sebuah pementasan seni yang sangat amat keren. Dalam sebuah kampus, organisasi merupakan sebuah penunjang yang sangat mendasar bagi para mahasiswa, dimana mahasiswa di ajak dan di ajar untuk mengenali lingkungan yang mereka tempati sekarang. Kampus tanpa organisasi itu adalah Nol besar, mengapa tidak karena semua yang berada dalam organisasi tertentu itu bisa kita dapatkan, mulai dari berdiskusi, menulis, olahraga, tausyah, drama, musik, tari dll. Jadi teman-teman tinggal memilih salah satu yang ingin dijadikan penunjang masa depannya, tapi tak menutup kemungkinan ada salah seseorang yang memilih dua organisasi sekaligus. Kalau saya sendiri, dalam sebuah organisasi kita diajar untuk mandiri dalam segala hal, mempelajari segala aspek kehidupan, memperdalam wawasan dan mempersiapkan diri untuk langkah kita di masa mendatang. Jadi saya pikir organisasi sangatlah perlu untuk kita, tapi yang menjadi permasalahan adalah dimana para mahasiswa lebih memilih untuk tidak ikut terlibat dalam sebuah organisasi dalam kampus karena beralasan tidak mau ambil pusing dan takut akan merusak masa depannya dalam tanda “mereka takut tak bisa mengatur waktu antara kuliah dan organisasi”, iya begitu tanggapan para mahasiswa yang tidak melebur ke dalam sebuah organisasi. Jika kita pikir-pikir betul juga, tapi kita tak boleh menjastifikasi langsung bahwa organisasi akan berdampak buruk kepada pribadi sang mahasiswa, karena kalau saya sendiri sebagai organisatoris merasa sedikit berwawasan sebelum kami bergabung dengan organisasi, kami mungkin hanya akan diam melihat sesuatu yang salah terjadi di depan kita, karena sikap acuh-acuh kita. Tapi dalam organisasi, kita dilatih dan di asah bagaiaman kita bisa melihat dan bertindak atas apa yang terjadi dan tidak sesuai dengan kebenaran, maka para organisatoris mungkin akan lebih memiliki inisiatif untuk bertindak dan membenarkan semua yang salah menurutnya. Iya pastilah setiap sesuatu memiliki positif dan negatif, dan dampak negatifnya sendiri yaitu pada :
- Orang-orang yang berada dalam sebuah organisasi itu terkadang melupakan kuliahnya, sehingga akan lama selesai akedemiknya.
- Anak-anak organisasi terkadang terlalu cerdas sehingga mereka mampu atau ingin mencari segala sesuatu yang tidak mesti dia ketahui, seperti tuhan dll. Mereka ingin merasionalkan segala sesuatu, termasuk tuhan mereka sendiri. Dan akhirnya mereka akan berada pada jalan yang tidak diridhoi Allah SWT.

Iya sekarang saya berada dalam dunia yang di sebut pendidikan, jadi hanya inilah mungkin sedikit hasil dari beberapa tahun yang lalu hingga sekarang. Dan saya takkan berhenti untuk mencari dan meneliti serta menegur apa-apa saja yang salah dalam dunia yang kita tempati ini kawan.

HIDUP MAHASISWA, HIDUP RAKYAT!!!!

Rabu, 21 November 2012

Setiap pilihan adalah konsekwensi

Achmad Chrisbianto Sachran 
Kita adalah makhluk sosial yang terlahir dalam keadaan keramaian atau bermasyarakat, langkah demi langkah kita lalui dalam keadaan dilema jika dua atau lebih pilihan memperhadapkan kita di dalam beberapa keadaan.
Dalam hal ini pengetahuan yang akan mengantarkan kita untuk memilih dan memungkinkan cara  memilih kita itu benar, mengapa karena pengetahuan adalah pengalaman yang kita dapatkan sebelumnya membuat kita paham akan sesuatu yang akan kita pilih dan konsekwensi apa kiranya yang akan terjadi jika kita memilih itu. sekiranyalah kita memperlebar sayap mencari yang namanya pengetahuan agar kita tidak keliru dalam memilih dan akhirnya akan terjadi sebuah penyesalan yang akan melahirkan kegalauan dan masalah yang akan terus berlanjut. masalah adalah ketidak sesuaian harapan dengan realita (tujuan), dimana masalah ini sendiri adalah bagian dari konsekwensi dari sebuah pilihan, tentunya kita tidak menginginkan sebuah masalah dalam hidup yang kita hidupkan ini, baik itu kecil maupun besar.
pilihan adalah sebuah jalan atau upaya untuk menghadirkan sesuatu entah itu harapan, tujuan, dll. kita sebut saja pilihan ini adalah jalan, analoginya : "ada 2 rumah yang belum pernah kita masuki, lantas kita disuruh memilih salah satu diantaranya, dia memberikan sebuah gambaran, bahwa rumah pertama itu, adalah rumah kayu yang mempunyai besar lebih di banding rumah yang satunya dan mempunyai fasilitas yang lengkap, sedangkan yang satunya adalah rumah batu yang ukurannya lebih kecil tapi modelnya yang menawan dan juga mempunyai fasilitas yang sama lengkapnya. tentunya disini kita dilema dalam memilih karena kita belum pernah memasuki kedua rumah tersebut, kita hanya bisa menebak dan tahu dari bagian luar rumah itu, dan berpikir" jikalau saya memilih rumah yang batu, saya khawatir rumah itu akan terkena banjir jika musim hujan datang, dan juga gempa bumi yang kerap terjadi. sedangkan jika saya membeli rumah yang kayu, modelnya tidak sesuai dengan perkembangan masa kini dan juga tidak seelegan dengan apa yang saya harapkan", jadi inilah masing-masing keluhan atau semacam konsekwensi yang muncul jika dia memilih salah satu dari kedua pilihan itu.
Itu hanyalah merupakan contoh kecil sebuah konsekwensi dari pilihan yang kita ambil, dalam hidup ini tak ada batasan yang diberi tuhan, konsekwensipun seperti itu. contoh kecil konsekwensi logis dari pada hidup ialah kematian. dan itu sudah menjadi sebuah ketetapan. dalam hidup pun kita diberi dua pilihan, baik dan juga buruk, kita memilih buruk kita akan mendapat ganjaran dari pada keburukan yang kita lakukan, dan ketika kita memilih kebaikan, kita akan mendapatkan ganjarannya pula. dan konsekwensi kita sebagai ummat muslim ada dua, yaitu surga dan neraka, dan disini Allah telah memberikan jalan bagaimana kita bisa menemukan keduanya itu.

Hindari penyesalan dari sebuah pilihan.

Senin, 22 Oktober 2012

MENGAPA HARUS SERAGAM?

MENGAPA HARUS SERAGAM SEMENTARA KITA MELALAIKAN SUATU HAL YANG LEBIH BERMAKNA.!!!
Bahkan akupun tak pernah paham akan terjadinya sebuah realita yang di dalamnya didominasi oleh manusia-manusia yang berpatokan terhadap mayoritas. Sekumpulan manusia yang tergiur akan indahnya kesamaan posisi, barang ataupun tindakan yang cenderung  mengarah kepada banyaknya orang yang menggunakan. Entah mungkin kepribadian setiap individu yang berbeda-beda namun herannya setiap individu lebih cenderung mengikuti apa yang menjadi kebiasaan banyak orang.
Tak tahu dan tak ingin yahu masalah itu yang jelasnya saya agak kontra dengan aplikasi seperti itu, alasannya mungkin adalah ketidak sesuaian pendapat dan kesamaan perilaku dan juga ketidak respeckan saya terhadap hal yang mayoritas di sukai orang. Seperti contoh di kampung-kampung dan juga di kota-kota mayoritas dan memang sepantasnya mereka suka, seperti : Menggunakan motor-motor elit  seperti yang keren dilihat dan dipandang orang, sepantasnya mereka akan mati-matian untuk menghabiskan waktunya untuk mengurus hal kecil seperti itu dan malah menghabiskan waktunya untuk berusaha sekuat mungkin agar motornya ini bisa terawat dan juga keren dipandang orang, sementara itu mereka tak bisa mempunyai skala prioritas untuk mengggunakan atau menggeluti apa yang lebih penting dalam persoalan hidup kita sendiri. Seperti contoh ada seseorang keluarga saya yang memiliki motor kawasaki ninja dan dia dalam menjalani hidup itu lebih dan sangat berfokus ke arah motornya itu, bagaimana agar bisa keren dipandang orang dan lebih bagusnya agar lawan jenisnya bisa tertarik serta penanpilan dan style mereka bisa keren dilihat orang. Setelah itu anak-anak yang lain pun ikut tertarik dengan keadaan yang seperti itu, tidak didoktrin memang tapi lingkungan seperti itu sudah merupakan budaya yang sulit untuk mereka ubah adanya, jadi lanjut kasus anak-anak lain pun ikut-ikutan ingin membeli motor kawasaki walaupun kondisi ekonomi orang tua mereka lemah, lanjut dengan itu mereka pun menyusahkan bahkan mereka berbuat sesuatu dengan modus agar motor seperti motor tetangganya itu bisa iya miliki. Dengan cara kabur dari rumah dalam beberapa minggu, menghancurkan barang-barang yang tersedia di rumahnya, membentak orang tua dan jadilah satu anak nakal karena budaya tidak sehat itu menular ke setiap anak yang menjadi pemeran utama di dalamnya. Setelah itu orang tuanya pun dengan susah paya sekuat tenaga mengusahakan anaknya agar bisa menjadi baik lagi, dengan kondisi ekonomi orang tua yang lemah itu orang tuanya memberi isyarat kalau saya belikan kamu motor yang mahal itu, saya akan menjual separuh dari sawah saya yang ada tapi bagaimana dengan sekolahmu nak? Karena dengan motor itu saya serasa tidak mampu lagi membiayaimu untuk sekolah. Anak itu menjawab, tak apalah ibu, asalkan ibu membelikan saya motor yang saya inginkan itu. Dan dengan kejadian ini secara tidak sadar terciptalah sebuah kesalahan yang sangat fatal antara hubungan anak dan ibunya yang mengakibatkan seorang anak dan anak lainnya terputus sekolahnya dan juga suram masa depan.

Itulah sedikit contoh sekaligus pelajaran dalam melihat dan memaknai sebuah peristiwa agar tidak terbawa dalam sebuah wacana yang menenggelamkan diri dan keluarga kita.
Balapan liar, merokok di usai dini, seks bebas di kalangan remaja, berpacaran tidak sehat di kalangan anak-anak dibawah umur adalah semua contoh dari budaya yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari kita dan bukan tidak mungkin kita sendiri akan terjerumus di dalamnya ketika kita tidak bisa menyesuaikan dan memandang sesuatu itu dari segi prioritas dan kepentingan dan hal buruk yang terjadi di akhir kehidupan.
Itu adalah semua contoh yang akan kita lihat dan mungkin akan kita jalani karena kita tak bisa berjalan tanpa mereka yang di sekitar kita, namun di balik itu alhamdulillah dalam diri saya pribadi saya pernah berjalan didalamnya di dalam usia mudah yang pernah saya jalani, namun dibaliknya saat itu masih ada sifat asli yang saya punya yang dimana saya tidak ingin seragam dengan siapapun dan coba menghindar dari apa yang menjadi mayoritas, tak perlu menjadi seragam agar bisa di nilai baik dengan orang.
Yang jelas kita seragam dalam sebuah kebaikan itu malah lebih asyik. :D