Minggu, 03 Maret 2013

HIDUPLAH KELAM, DALAM SOSOK


Kesombongan kini telah usang di sebuah kamar tak berpenghuni, sudut kanan atas lantai 2. Masih mencari dari samarnya hutan belantara. Sementara itu aku dalam keadaan nyaman dengan emosiku, jangan ganggu aku, tapi sering saja datang wajah suram itu, menarik diri dengan beberapa perhiasan dari lidah yang dia gunakan, tak peduli efek dari orang yang di hadapinya.

Disebuah peristiwa aku harus mengenakan sebuah topeng yang menggerakkan diriku sebagai seorang malaikat tanpa rasa dan emosi. Sapaanku harus nyaman, aku harus sopan tak peduli perasaan dan harga diri di depan rakyat tercinta. Dan takkala aku harus menjadi arena untuk dijadikan bulan-bulanan buah bibir dan jadi korban untuk urusan yang harus dia lakoni.

Teman dan kerabat ataupun brather adalah formalitas yang aku gunakan, sehingga disisi lain aku tersiksa dengan kebohonganku, aku tak nyaman, aku ingin pergi dan pulang kerumah keluargaku dikampung yang lebih rindu menanti. sebab aku telah menjalani kebohongan yang amat besar, di bumi yang dia klaim untuknya saja. Otoriter telah mengubahku menjadi kaku di alamku sendiri, resiko kehilangan karakter sendiri harus kita terima, sebab dia telah menelan sebagian karakter agar mereka bisa di atas awan melihat turun kepalaku ini. Aku hanya mampu bercerita tentang keluhan kepada kawanku, karena ketidakmampuanku menghadap dan berharap kebaikan yang tak kunjung ia berikan.


sekarang aku telah terdorong bebanku sendiri hingga di sebuah sudut paling ujung, karena resiko melawan otoriter. kali ini aku namakan berkah adalah penolongku, sebab alasan telah ada, sehingga kemampuanku berjalan sendiri telah dimunculkan.

Aku butuh mentari di siang hari, tapi aku tidak mungkin memintanya kembali di malam hari. Akan ada bulan atau orang yang pas lagi untuk menggantikan, jangan hanya satu, 2 atau lebih kami butuh.

Mentari... kau tak perlu hadir di malam hari.!
                Telah ada bulan.!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar