Minggu, 23 Desember 2012

KEPALAN TANGAN PARA SENIOR

                                       
                                                     KEPALAN TANGAN PARA SENIOR
                                                         Cerpen budaya kampus kami
Kata utama kami mungkin adalah takut dan tak bisa berbicara menghadapi penguasa-penguasa kecil yang nantinya akan jadi patokan perilaku dari kami-kami para pendatang baru di kampus tersebut. Sebuah ketentuan telah mengungkung dan mempersempit langkah kami untuk melihat mentari dengan lepas. Ribuan kilo meter kami saat ini, dibanding mereka yang sudah dekat dengan sebuah tujuan. Dia adalah mereka yang sudah terlebih dahulu tiba dari tempat kami sekarang, yaitu di sebuah instansi pendidikan yang dinamakan Universitas atau kampus yang dimana mahasiswa bertempat, dua kata yang begitu sakral, dan tanggung jawab yang harus di emban bagi kami untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di lingkungan kami. Yaitu Maha dan siswa, dimana maha diartikan sebagai Basar, dan siswa sendiri berarti orang yang sedang belajar dalam sebuah sekolah, jadi bila disatukan artinya mereka yang berada dalam sebuah sekolah yang dikatakan besar (orang yang sedikit tahu dibanding para siswa atau siswi yang berada di SD, SMP dan SMA).
Jenjang ini merupakan tahapan atau bagian dari sebuah wujud pendidikan yang telah diatur sedemikian rupa oleh para penguasa di Negeri ini. Di sebuah kampus, kita harus mematuhi segala aturan yang ada, dan Birokrasi kampus adalah tokoh utama dalam pembuatan aturan itu sendiri, namun yang perlu kita ketahui bahwa dalam sebuah kampus pasti memiliki ciri atau kebiasaan yang sudah melakat dan susah untuk kita rubah dan hindari. Sebagai contoh dimana sebelum kita mulai belajar atau mengikuti semester yang berjalan secara aktif, kita harus mengikuti Ospek atau pelana yang lebih spesifiknya yaitu pengenalan akan budaya kampus yang akan kita tempati menuntut ilmu yang sudah disepakati oleh para birokrasi kampus dan mahasiswa yang akan mengambil bagian sebagai pengurus dari ospek tersebut, Nah yang perlu kita ketahui juga bahwa dalam ospek itu sendiri sependek pengetahuan saya, dimana kita wajib memetuhi aturan-aturan yang telah dibuat oleh para pendahulu kita atau singkatnya senior kita, yang sudah menjadi perintah dari atasan mereka yaitu birokrasi kampus. Contoh kecil dari aturan yang disediakan yaitu: Pertama, kita harus memakai baju yang unik dan seragam yang sama dengan mahasiswa yang lain, memakai kos yang berbeda warna, memotong rambut sampai plontos, menggunakan papan nama yang dibuat dari dos, pita-pita sebagai kalung agar lebih bobrok dilihat, dan yang tak perlu kita lupakan yaitu di dalamnya kerap terjadi kekerasan atau kontak fisik yang dilakukan oleh para senior untuk mereka para junior yang katanya melawan atau tidak taat aturan. Jadi kemudian timbul sebuah pertanyaan bagi kami yang pernah mengalami itu, apakah semuanya akan membawa dampak yang lebih positif bagi orang yang diospek itu? Tidakkah mereka yang pernah mengalami itu akan menerapkannnya lagi dan lagi bagi junior mereka nantinya, pastilah seperti itu jika tidak muncul sebuah kesadaran bagi mereka yang pernah merasa tertindas. Jadi apakah kampus itu mendidik kita agar dapat berbalas dendam dan menindas orang lain? Pukul dan pukul lagi, hal inilah yang sudah menjadi kebiasaan buruk bagi budaya yang sedang kami jalani, ketika kita tidak menurut atau tidak bergaul dengan para senior pendahulu kita, jadi artinya mereka punya hak untuk memukul kita? Berbicara logis tentunya tidak logis sekali kawan, inikah calon yang dikatakan kaum penerus bangsa yang akan berbakti kepada negara? Inikah calon para intelektual yang dikatakan besar? Inikah mereka yang dibanggakan masyarakat? Bukan.
Lanjut mungkin saya akan arahkan menuju bagaimana otoriter senior dalam kampus, ketika kita dilihat berjalan dalam keadaan membungkuk lantas tak singgah itu katanya kurang ajar, dan harus dipukuli oleh senior? Atau paling tidak kita disuruh untuk membeli kopi atau rokok untuk mereka, teruslah seperti itu agar kami paham akan bagaimana komersialisasi pendidikan dan budaya negatif yang sudah berakar dewasa ini, di kampus kami.
Lanjut dari itu, pada sebuah hari, kemudian saya dan teman-teman seangkatan saya berinisiatif untuk membuat sebuah terobosan agar kesemuanya ini dapat kita hialangkan atau setidaknya dimengerti bahwa ini adalah budaya yang tak sehat dan tak pantas ada dan harus dihilangkan. Saya dan teman saya Akbardari jurusan Bahasa Indonesia, juga Adhy, dan saya dari Bahasa Inggris, iseng-iseng membentuk sebuah gerakan yang saya beri nama GAS atau Gerakan Anti Senioritas, kenapa kami kemudian berinisiatif atas ini, itu karena kegerangan dari kawan-kawan seangkatan saya atas apa yang terjadi dikampus. Kalau Gerakan ini sendiri mengatakan bahwa kami tidak punya senior melainkan Kakak, karena semua ini adalah dua hal yang sangat beda, dimana kalau senior mereka seperti seorang polisi yang katanya mengayomi dan melindungi juniornya, tapi dalam realitanya mereka hanya mengungkung kita dan mempersempit gerakan kita untuk maju, juga mereka hanya bisa memajaki kami para junior bahkan tidak segang untuk memukuli kami yang tak taat terhadap aturan yang jelas-jelas salah. Sementara jika kakak itu artinya mereka seperti seorang saudara yang lebih tua dan mengajari kita agar tidak jatuh kepada sebuah lubang, melindungi kita serta menjaga kita sebagai adiknya. Seperti itu mungkin gambaran dari gerakan kami ini.
Dalam sebuah proses kami untuk mensosialisasikan gerakan ini, kami sempat teledor dan menuai banyak perlawanan dari para senior-senior kampus yang tak setuju dengan garakan ini, meraka kemudian mendatangi saudara seangkatan saya di sebuah sekret organisasi saya yaitu eLTIM atau Lintas Transformasi Intelektual Mahasiswa, Mereka adalah salah satu senior yang ada di Bahasa Indonesia, mereka datang dengan gerombolan motor yang tidak sedikit dan saat itu saya sedang tidak berada ditempat, dan salah satu teman saya yaitu Adhy berada sendiri di tempat yang didatangi oleh senior-senior tersebut. Yah tiada lain pasti dia mempersoalkan masalah Gerakan kami ini, mereka mengatakan bahwa gerakan ini adalah gerakan yang tidak baiklah, tidak cocok dan salah. Tak lama setelah mereka datang Adhy teman saya Mengirimi saya pesan singkat, we dimanako? Ada datangika senior kesiniko dulu tapi jangan tanya kak Afdal(ketua dari organisasi eLTIM) yang merupakan salah satu senior yang kami segani dan sudah seperti kakak kami sendiri karena tidak seperti senior pada umumnya, tak lupa juga dia mengirim pesan ke Akbar untuk datang ketempat, jadi sayapun beralasan dengan kak Afdal akan keluar mengambil kabel data yang ketinggalan di Sekret, tanpa mengatakan yang sebenarnya sesuai dengan apa yang menjadi isi pesan singkat teman saya, sayapun dengan tergesa-gesa datang langsung ketempat, dan seampainya saya melihat banyak kendaraan dan saya masuk mendengar cerita mereka para senior, terdengar suara dari salah satu senior “weh kau itu orang Bone dek, kenapa na begitu caramu? Salah besarko,” Adhy menyahut “ kak justru karena orang Boneka itumi na beginika, tidak mauka liatki teman-temanku jadi korban dari sistem yang kakak terapkan,” lanjut senior “ dek, salah caramu,” adhy lalu bertanya “Kalau salahka paeng kak rasionalkanki dari mana letak kesalahanku supaya bisaka perbaiki kalau memang salahka”, senior itupun lalu menggaruk kepala terlihat kewalahan untuk berbicara lagi. Namun dibalik ini pun mereka sudah memiliki dendam lama yang masih terasa, kejadian itu terjadi beberapa bulan lalu di Bulukumba, dalam rangka kegiatan rutin HIMAPRODI bahasa dan sastra indonesia, disana mereka di pukuli oleh para senior tampa kejelasan yang logis, mereka dipukuli satu persatu diantaranya yaitu Adhy dan teman saya juga Akbar, dan sebelum itu mereka telah sepakat bahwa tidak akan ada pemukulan yang akan terjadi disana, toh nyatanya itu semua bohong dan disanalah dimulai masalah, sebagian angkatan 2011 mengundurkan diri di HIMAPRODI bahasa dan sastra Indonesia yang masih menjadi bekas sampai sekarang.

Lanjut, kemudian senior lain pun berbicara “ Kalau memang kau masih dendam kepada kejadian dulu itu yah pukuli saja juga kami”, dalam benakku “ siapa yang akan berani memukuli kakak, walaupun kami dendam?, lalu Ahdy lalu menjawab “ kalau dendam munafikka kak kalau tidak ada, analoginya , ketika paku saja dicabut dari sebuah tembok itu akan membekas dan begitupun saya, dan ketika kakak menyuruh saya untuk memukuli kakak lantas apa bedanya saya dengan kakak.? Senior-seniorpun pusing sambil menggelangkan kepala pertanda kewalahan untuk berbicara, suasan pun berubah menjadi semakin rumit dan saya pun dalam posisi standby jika terjadi sesuatu, oia saat itu pula saya ditanya, “ apa kau cari disini? Angkatan berapako? Saya menjawab “ saya kesini ambil cas dan ini sekret saya, saya angkatan 2011 kak, seangkatan dengan Adhy”. Dia melanjutkan “oh kukira Adhy yang suruhko kesini”. Dan selasainya masalah kemudian senior mengatakan sesuatu kepada Adhy “ dek janganko terlalu gegabah sekali nah, kalau saya tidak apa-apaji tapi kalau senior yang lain tidak bisaka jaminko dan tdak bisaka juga bantuko pastinya”, benakku “cuci tanganki lagi seniorka”. Dan setelah itu mereka pun pergi.
Di suatu hari terjadi kemudian kasus serupa dan lagi-lagi yang menjadi korban adalah angkatan saya, yang lebih ngerinya lagi mereka adalah sahabat saya yang saya kenal dia itu baik dan ramah. Yang menjadi pertanyaanku, kenapa selalu angkatan saya, saya takutnya para senior itu mengatakan jika kamu ingin memukul datang saja ke 2011 karena menganggap angkatan kami itu tidak sesolid angkatan mereka, dan yang lebih pedihnya lagi, kami sudah memiliki adik 2012 tapi toh tidak ada yang berubah, mereka selalu beralasan bahwa kami tidak mau bergabung dengan senior dan cuek nakal dengan teman kelas. Pusing dan gerang melihat tingkah semena-mena para senior, kami pun membuat kesepakatan bahwa ketika kami di perlakukan seperti itu lagi itu akan menjadi bumerang bagi mereka dan kami sepakat untuk bersatu ketika ada salah satu diantara kami yang dipukuli lagi.

inilah mungkin sedikit gambaran bagaiamana kultur negatif yang sudah berakar di kampus kami, selain masalah birokrasi yang rumit kami dihadapkan lagi dengan masalah yang lebih rumit untuk diselesaikan, dan mungkin inilah tantangan sekaligus ujian dan bagaiamana agar kampus bisa kita normalkan dan berjanji agar angkatan kami 2011 akan bersatu kembali serta akan menjauhkan diri dari yang namanya penindasan untuk kaum intelektual. Hidup mahasiswa hidup rakyat.

Minggu, 16 Desember 2012

TEMAN TERBAIKKU TELAH TERHAPUS


Kemarau kering di fase suram mendekat ke diri yang pedih ini.
Teringat 5 tahun silam.
Di paksa zaman untuk meninggalkan kenangan kami saat itu.
Telah ada pengganti mereka untuk saat ini.

Tapi kemudian aku bertanya kepada yang berkuasa.
Apakah bisa kenangan itu kau hadirkan sejenak dalam benakku.
Untukku merasa behagia dalam waktu singkat ini.
Setelah itu terserah kau bagaimana buruknya aku.

Imajinasiku selalu mengarah pada sebuah hari yang tak kuketahui waktunya.
Melanglang buana menuju pedih yang tak berujung namun sakit.
Kulangkahkan badan dengan tujuan jelas namun tak nampak hasil.
Jawabannya aku tak seproduktif masa laluku.

Hari-hari terus menjauh dari kejadian yang ingin kuingat itu.
Sedikit terhapus dari ingatan, tak seutuh dan sesegar dulu.
Selamat jalan, jika kau terlupa karena keadaan. Maafkan aku.
Dan cobalah untuk mengingatku dan datang ke padaku masaku....

Jumat, 07 Desember 2012

SITY NURBAYA MASIH HIDUP



Kupegang erat raut muka yang melebur dengan senyum.
Kupelihara selalu dan akan kutata sedemikian apik.
Sebuah persembahan untuk mereka yang ada besamaku.
Kujalani agar tak berhenti di tengah jalan.

Tiang itu sudah kokoh dan senang dengan apa yang dihadirkan.
Lantunan perasaan beriring menuju puncak kejayaan manusia.
Tak terpikir bahwa Sity Nurbaya masih ada bersama orang yang kupuja.
Meniduri dia dan menyarankan agar aku tak berharap lagi.

Salah waktu dan juga posisi yang tak seimbang.
Membuatku terasa asing dalam waktu yang lama.
Sekarang harapan direnggut budaya di hari lalu.
Mengapa Sity Nurbaya menghampirimu kasih.

Terasa sulit untuk melangkahkan kaki yang kuanggap kuat.
Kekuatan lain membuatku lemah untuk berjalan.
Telah ada sesosok orang yang disandingkan denganmu.
Bagaimana dengan aku?

Aku takut menolak ketentuan.
Sebab kuasanya Budaya telah hampir menelan aku.
Ditopang dengan orang yang melahirkankanmu telah menolak kedatanganku.
Karena sesosok itu hadir dan ingin dihadirkan untukmu, dari orang tuamu.
Dan nilah bukti bahwa sity Nurbaya masih hidup di zamanku.

DUNIA PENDIDIKAN BAGI SAYA


DUNIA PENDIDIKAN BAGI SAYA
                Dari hadirnya sang pejuang yang ingin merevolusi setiap sendi dalam kehidupan yang sekiranya tak lagi seperti matahari di pagi hari. Dimana semua makhluk yang berkecimpung di dalam tempat yang di beri nama dunia sebelum akhirat. Teman adalah sebuah wadah dan juga bukti bahwa kita dalam lingkup sosial, yang memang sepatutnya kita dan semua yang berkecimpung di area ini patut untuk berbagi satu sama lain.
Kepekaan di dunia ini semakin menjadi setelah perkenalan dengan sebuah dunia sekolah yang menghadirkan sebuah sensasi berbeda disetiap langkah yang berada di dalamnya. Berumur 6 tahun saya telah diperkenalkan dengan dunia Sekolah Dasar. Enam tahun saya menjalaninya dengan berbagai pertanyaan yang mengiringinya, mengapa ibu saya menyekolahkan saya? Dengan wajah dan tingkah yang masih polos kami tetap melanjutkan dan menyamankan setiap tindakan kami ketika berada di instansi tersebut. Mengapa tidak, karena di dalamnya saya diperkenalkan dengan dunia yang baru seperti bertemu dengan banyak teman sekampung dari berbagai pelosok daerah saya. Warna itu semakin menarik ketika dipadukan dengan suasana bermain yang begitu hangat, begitu menggembirakan. Tapi dibalik itu semuanya serasa belum pantas kami lakukan karena saya merasa dunia itu pantasnya saya gunakan untuk berkumpul dan bermain bersama teman guna mencari apa dan bagaimana kami sebenarnya? Mencari jati diri dan membentuk karakter lewat bermain. Tumpang tindih selama enam tahun saya menjalaninya. Mulai dari aturan yang saya benci, seperti memeriksa kuku sebelum masuk kelas, bangun pagi dan memakai seragam putih merah serta tuntutan orang tua untuk saya agar mendapatkan nilai yang bagus dan harus bersaing, dan sudah barang tentu ketika persaingan terjadi akan ada salah satu diantara kami yang tersingkir, Yah tersingkir dalam artian mereka yang berada dalam institusi tersebut lantas tidak memiliki kemampuan di jurusannya harus dikucilkan. Artinya pendidikan mengajarkan kita untuk mengucilkan orang yang berpotensi untuk bidang tertentu. Sementara pendidikan itu sendiri belum mampu menghadirkan semua jurusan yang bisa untuk dikerjakan, agar tak ada lagi yang selalu dekat dengan sindiran dikatakan bodoh. Lalu berlanjut untuk budaya setiap hari senin dimana kita harus berdiri di dalam sebuah lapangan daerah sekolah untuk katanya pengabdian kepada bangsa dan negara, yah salah satunya yaitu hormat kepada bendera, mengapa bendera harus kita hormati gitu? Bendera adalah benda mati yang harusnya dijaga bukan disembah, Dijaga dan disembah itu berbeda. Sama dengan disembah jika kita harus melakukannya setiap pekan.
                Jika kembali ke Akar sejarah sebuah negara, menurut saya negara hadir karena dosa di masa lampau. Diceritakan bahwa sebelum adanya negara ada sebuah sistem kerajaan saat itu, dimana kekuasaan selalu menjadi alat untuk bertindak sewenang-wenang kepada kaum yang berada di bawah. Dan sebelum ada yang dinamakan kerajaan, disana semua manusia berada dalam kedudukan yang sama, mereka sama-sama berburu dan meramu. Berpindah-pindah tempat kesana kemari karena belum ada yang dinamakan saling mengklaim tanah, sebelum kerajaan datang menjadikan tanah milik semua manusia di petakan. Lalu hadirlah sang Raja yang menjadi pimpinan terbesar dalam sebuah Kerajaan untuk mereka jadikan landasan untuk mengklaim bahwa ini adalah tanah milik mereka. Setelah larut, ada kemudian orang yang membentuk sebuah negara yang memiliki kekuasaan penuh dan hak kepemilikan yang luas. Negara memiliki hampir 50% tanah khususnya di Negara kita sendiri di Indonesia, Apakah negara masih saja dikatakan layak untuk di agung-agungkan untuk kita jadikan sebagai alat agar kita dapat bekerja keras untuknya. Sangat tidak logis, Negara adalah salah satu bentuk kekuatan yang sangat besar yang berpotensi untuk mengatur semua kehidupan manusia.
                Lalu saya lanjut ke SMP dan SMA, di kedua instansi ini pun tidak jauh berbeda dan hampir sama, dimana rutinitas di waktu SD hampir sama dengan yang ada di SMP dan SMA. Yang berbeda dimana dalam fase ini saya menemukan sedikit ketidak biasaan saya sewaktu di SD, dimana saya mulai tertarik terhadap lawan jenis saya. Yah mungkin ini adalah tahap dimana saya sudah mampu tertarik kepada kaum hawa, entah dari mana asal dari semuanya, yang jelas ini adalah sebuah anugerah dan awal dari bagaimana saya bisa belajar dalam mencari pasangan untuk kutemani suatu saat nanti. Lanjut lagi, di SMA saya sering bolos karena alasan saya sangat tidak suka untuk belajar, tak tahu kenapa bisa, tapi yang jelas saya tidak begitu nyaman dengan sistem pembelajaran yang di berikan sekolah. Jadi masalah mulai muncul selain faktor lain seperti kenakanlan dan pengaruh lingkungan sudah menjalar, wanita pun sudah menjadi jembatan pelengkap keduanya tadi. Yah dalam satu minggu, terhitung hanya 1-2 hari saya memasuki ruangan kelas untuk belajar, yah alhasil nilai saya jelek. Banyak mengulang yang nantinya akan memperlambat saya di akhir semester. Mau diapa, semuanya sudah terlanjur saya lakukan, jadi apapun daya saya itu sudah terlanjur.
Lalu kemudian di sebuah hari, ayah dan ibu serta kakak saya datang ke sekolah karena selembar kertas yang ditulis oleh pihak sekolah yang menyarankan orang tua dari saya agar ke sekolah berkonsultasi dengan guru BP. Kemudian, caci maki pun berdatangan, mulai dari ayah saya yang mengatakan saya anak tidak tahu diri, anak malas dan bodoh. Lalu ibu saya pun lalu berkata “anak suka berbohong kepada orang tua”. Kakak saya melanjutkan cacian itu “Kau kenapa memang bisa begini? Bodohmu itu.” Pusing dan panik mewarnai perasaan, lalu di suruhlah saya oleh kakak agar masuk kelas belajar dan tidak seperti itu lagi. Dan kemudian syarat telah saya sampaikan ke ibu agar saya bisa di belikan motor kawasaki.
Keesokon hari saya bergegas ke warung di dalam area sekolah, belum sampai guru BP memanggil “Chris sini dulu kamu”, “Iya pak” sahut saya. Lalu kaki ini pun menuju ke arah sumber suara dimana guru BP sudah menanti. “Nak kamu jangan malas-malas lagi yah” kata Guru BP , “iya pak insyaallah”. “oia katanya kamu malas karena kamu tidak dibeliin motor yang kamu suka yah?” hehehe, iya pak karena saya butuh kendaraan agar bisa rajin untuk ke sekolah”. “iya, katanya orang tua kamu : kamu akan dibelikan motor yang kamu suka, tapi kamu harus janji takkan bolos, kamu harus rajin, jika kamu bolos lagi maka motor yang akan diberikan ke padamu itu akan dijual kembali.” Ohhh, serius itu pak,?” Sahut saya dengan heran. “iya nak, kamu yang rajin yah OK? ‘iya pak, iya” sahut saya dengan muka yang begitu senang.
iya begitulah sedikit percakapan saya dalam sebuah instansi yang mnghalalkan segala cara agar apa yang tidak saya sukai itu bisa saya laksanakan, dengan menggunakan kekuasaannya mereka mampu mendapatkan yang diinginkan.
Lalu motor kawasaki pun di keluarkan orang tua saya agar saya bisa rajin dalam bersekolah, sesaat setelah itu raut muka pun begitu berseri dan bahagia karena adanya barang yang saya inginkan. Kesekolah saya dengan motor keren membuatnya menjadi pusat perhatian banyak orang, mengapa tidak di sekolah saya belum ada yang memakai motor seperti itu. Karena itu saya kemudian mengalihkan sedikit perhatian agar bagaimana saya bisa di perhitungkan di sekolah saya oleh teman-teman. Jadinya saya sedikit melupakan tujuan utama saya di sekolah, dan janji saya kepada guru dan orang tua saya.
Manejemen hidup mulai tak tertata, orang tua pun tak memberi semangat melainkan memarahi saya. Dan itu membuat saya semakin prustasi dan hilang arah, dan itu pastinya menjadi bumeran untukku sendiri agar aku melakukan sesuatu seperti mabuk-mabukan, Merokok tanpa setahu mereka, keluyuran mencari cewe di daerah lain. Yah itulah mungkin hasil dari didikan orang tua saya.
                Di Perguruan Tinggi, Pendidikan saya tinjau dari segi sendi kehidupan, dimana budaya di sebuah kampus sangatlah berbeda seketika kita berada di SD, SMP, SMA. Dimana dalam kampus itu sendiri di pelajari sebuah budaya secara menyeluruh dan menjaganya melalui beberapa organisasi dalam kampus dan sekreatif mungkin dijadikan sebagai budaya yang disulap menjadi sebuah pementasan seni yang sangat amat keren. Dalam sebuah kampus, organisasi merupakan sebuah penunjang yang sangat mendasar bagi para mahasiswa, dimana mahasiswa di ajak dan di ajar untuk mengenali lingkungan yang mereka tempati sekarang. Kampus tanpa organisasi itu adalah Nol besar, mengapa tidak karena semua yang berada dalam organisasi tertentu itu bisa kita dapatkan, mulai dari berdiskusi, menulis, olahraga, tausyah, drama, musik, tari dll. Jadi teman-teman tinggal memilih salah satu yang ingin dijadikan penunjang masa depannya, tapi tak menutup kemungkinan ada salah seseorang yang memilih dua organisasi sekaligus. Kalau saya sendiri, dalam sebuah organisasi kita diajar untuk mandiri dalam segala hal, mempelajari segala aspek kehidupan, memperdalam wawasan dan mempersiapkan diri untuk langkah kita di masa mendatang. Jadi saya pikir organisasi sangatlah perlu untuk kita, tapi yang menjadi permasalahan adalah dimana para mahasiswa lebih memilih untuk tidak ikut terlibat dalam sebuah organisasi dalam kampus karena beralasan tidak mau ambil pusing dan takut akan merusak masa depannya dalam tanda “mereka takut tak bisa mengatur waktu antara kuliah dan organisasi”, iya begitu tanggapan para mahasiswa yang tidak melebur ke dalam sebuah organisasi. Jika kita pikir-pikir betul juga, tapi kita tak boleh menjastifikasi langsung bahwa organisasi akan berdampak buruk kepada pribadi sang mahasiswa, karena kalau saya sendiri sebagai organisatoris merasa sedikit berwawasan sebelum kami bergabung dengan organisasi, kami mungkin hanya akan diam melihat sesuatu yang salah terjadi di depan kita, karena sikap acuh-acuh kita. Tapi dalam organisasi, kita dilatih dan di asah bagaiaman kita bisa melihat dan bertindak atas apa yang terjadi dan tidak sesuai dengan kebenaran, maka para organisatoris mungkin akan lebih memiliki inisiatif untuk bertindak dan membenarkan semua yang salah menurutnya. Iya pastilah setiap sesuatu memiliki positif dan negatif, dan dampak negatifnya sendiri yaitu pada :
- Orang-orang yang berada dalam sebuah organisasi itu terkadang melupakan kuliahnya, sehingga akan lama selesai akedemiknya.
- Anak-anak organisasi terkadang terlalu cerdas sehingga mereka mampu atau ingin mencari segala sesuatu yang tidak mesti dia ketahui, seperti tuhan dll. Mereka ingin merasionalkan segala sesuatu, termasuk tuhan mereka sendiri. Dan akhirnya mereka akan berada pada jalan yang tidak diridhoi Allah SWT.

Iya sekarang saya berada dalam dunia yang di sebut pendidikan, jadi hanya inilah mungkin sedikit hasil dari beberapa tahun yang lalu hingga sekarang. Dan saya takkan berhenti untuk mencari dan meneliti serta menegur apa-apa saja yang salah dalam dunia yang kita tempati ini kawan.

HIDUP MAHASISWA, HIDUP RAKYAT!!!!